Tara memberi judul empat karyanya dengan Satemahing Lelaku, Lintang ing Loka, Mulat Sarira Hangrasa Wani, dan Ajining Diri Saka Lathi. Sementara Yanz sangat jelas membawa idiom-idiom Jawa seperti Sukma Sejati, Sedulur Papat Lima Pancer, Kinanthi, dan Maskumambang.
BACA JUGA: Wisma Jerman Gelar Pameran Lukisan La Wet oleh Daniel Kho, Serukan Pentingnya Keseimbangan Alam
Pilihan-pilihan tema yang njawani itu tentu bukan sekadar menyesuaikan tema pameran tapi juga pepeling (peringatan) yang penting bagi masing-masing. Menjadi pesan yang dibawa oleh masing-masing perupa untuk menerjemahkan makna Rasa Rasaning Karsa.
Melihat karya-karya tersebut, Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim itu makin antusias mengulasnya. Sambil berkeliling, ia berdiskusi intens dengan masing-masing perupa.
”Saya senang semua berbau Jawa. Ya ini yang namanya njawani. Semoga mereka seperti pesan dalam prasasti peresmian yang saya tulis; mencahaya perupa Indonesia,” tegas Prof Jojo. (*)
*) Mahasiswa magang dari Prodi Sastra Inggris, Universitas Negeri Surabaya