Buka Pameran Seni Rupa Lintang Lima, Budayawan Prof Suparto Wijoyo Makin Maknai Rasa Rasaning Karsa

Lima perupa Lintang Lima dengan kurator Heti Palestina menyampaikan katalog dan undangan pameran kepada Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum., CSSL yang saat ini menjadi Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair yang akan membuka pameran. --Lintang Lima
HARIAN DISWAY – Lintang Lima, kelompok perupa dari Yogyakarta, siap menggelar pameran seni rupa bertajuk Rasa Rasaning Karsa di Galeri Merah Putih, Surabaya. Pameran dibuka pada Sabtu, 28 Juni 2026, pukul 16.00.
Yang istimewa, pameran itu dibuka oleh Prof. Dr. H. Suparto Wijoyo, S.H., M.Hum., CSSL yang saat ini menjadi Wakil Direktur III Sekolah Pascasarjana Unair. ”Kami sangat senang beliau berkenan membuka,” kata Evrie Irmasari, ketua pameran.
Bersama empat perupa lainnya yakni Tara Noesantara, Eddy Subroto, Yosi Chatam, dan Yanz Haryo Darmista, Evrie secara khusus menemui Prof Jojo, panggilan karibnya. ”Kami berniat sowan untuk nuwun sewu pada beliau,” kata Evrie.
BACA JUGA: Lintang Lima Terbentuk, Kelompok Perupa Yogyakarta Ini Langsung Gelar Pameran Perdana di Surabaya
Ditemui di Hotel Elmi Surabaya, pertemuan itu makin mendekatkan para perupa dengan sosok pembuka pameran mereka. Dikenal sebagai Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga, profil Prof Jojo sangatlah beragam.
Sebagai akademisi, Prof Jojo aktif dalam beberapa lembaga seperti menjadi Ketua Lembaga Pemuliaan Lingkungan Hidup-SDA MUI Jatim dan Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU Jawa Timur.
Pria itu juga dikenal sebagai budayawan karena mampu menghubungkan banyak hal yang terkait dengan pemajuan kebudayaan di Indonesia. “Pengetahuan tentang budaya Jawanya juga luas. Jadi cocok sekali dengan tema pameran kami,” kata Tara.
BACA JUGA: Buka Pameran Seni Rupa Lintang Lima Budayawan Prof Suparto Wijoyo Makin Maknai Rasa Rasaning Karsa
Dalam pertemuan untuk pertama kalinya dengan para seniman, Prof Jojo mempunyai pendapat terkait judul pameran yang dibawa oleh Lintang Lima. Menurutnya, para perupa telah menjadi penghubung berbagai hal yang terserak.
Jika dianalogikan, karya lukisan itu bermula dari sebuah setitik cipratan warna yang kemudian membentuk hubungan-hubungan yang makin jelas. ”Bahkan keberadaan perupa itu dalam kehidupan adalah sebagai jembatan,” terangnya.
Inilah yang menurut Prof Jojo menjadi letak keistimewaan para perupa yang bekerja di atas kanvas atau media apa pun yang dipilihnya. ”Seniman bisa menjelaskan apa yang terjadi dengan karya yang indah. Itu asyiknya,” ujarnya.
BACA JUGA: Imam Al-Bukhari & Sukarno, Teater Tablo Merajut Diplomasi, Spiritualitas, dan Warisan Budaya
Yang menarik, dalam kesempatan itu, Prof Jojo tak hanya menyampaikan kesediaannya terlibat dalam acara pembukaan tapi di balik itu ada kekecewaannya pada para perupa Lintang Lima yang digelar di komplek Balai Pemuda atau Alun Alun Surabaya.
Suasana pertemuan perupa Lintang Lima di Hotel Elmi Surabaya yang makin mendekatkan para perupa dengan sosok pembuka pameran yakni Guru Besar Hukum Lingkungan Universitas Airlangga Prof Suparto Wijoyo. --Lintang Lima
”Bukan kecewa yang negatif ya atau yang bagaimana tapi mengapa kok tidak diselenggarakan di kampus Unair saja ya. Padahal kampus kami juga menfasllitasi aktivitas kesenian seperti yang dilakukan Lintang Lima,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: