BACA JUGA:Bripka Isma Diyanto: Jawab Kritik dengan Konten
BACA JUGA:Kematian Dian Novita Sari: Saat Polisi Tampak Ragu
Arif memilih mewarnai tugas sehari-harinya dengan muatan keagamaan bukan tanpa alasan. Ia meyakini, apa yang dilakukannya adalah salah satu cara mengobati penyakit masyarakat. ”Polisi bisa disebut sebagai dokter sosial, mengobati penyakit-penyakit sosial,” ujarnya.
Pilihan itu tidak lepas dari cita-cita masa mudanya. Arif dulu ingin menjadi dokter, bukan polisi. ”Dokter adalah keinginan saya, sementara menjadi polisi adalah keinginan orang tua,” ungkap Arif, yang ayahnya seorang ASN.
Kendati gagal menggapai cita-cita sebagai dokter, Arif tetap merasa telah menjadi ”dokter”. Hanya, penyakit yang diobati berbeda. Takdir pun mempertemukannya dengan dokter sungguhan –istrinya adalah seorang dokter, anak anggota kepolisian.
”Istri saya juga ’korban’ cita-cita orang tuanya. Mertua (saya, red) ingin jadi dokter, tapi justru jadi polisi,” ucap Arif, lantas tertawa.
AKBP Arif Fazlurahman, Kapolres Blitar memberi khotbah Jumat..-Humas Polres Blitar-
Arif juga merasa terbantu dengan budaya masyarakat setempat. Mobilitas warga tidak terlalu tinggi dan tingkat kriminalitas relatif rendah. Meski begitu, tetap ada sejumlah kasus kriminal dan penyalahgunaan narkoba yang harus ditangani.
Sosok agamis memang melekat kuat pada diri Arif. Itu juga terlihat dari karangan bunga yang terpajang di halaman rumah dinas. Karangan bunga itu dikirim pada 9 Juni 2025, tepat pada hari ulang tahunnya.
Karangan bunga berukuran 3 x 2 meter itu dikirim tiga perwira polisi: Kompol Fani Rakhim, AKP Satriyono, dan Iptu Dyah Ayu. Ketiganya adalah mantan anak buah Arif di Satlantas Polrestabes Surabaya. Fani adalah mantan wakasatlantas, Satriyono mantan kaur binops, dan Dyah Ayu mantan kaur regident.
Ucapan yang tertulis di karangan bunga itu: ”Selamat Ulang Tahun Komandan Kyai Panutan”. (*)