BACA JUGA: Starling: Tren Kopi Keliling yang Siap Jadi Perubahan
Bahkan, terdapat ungkapan "ngopi dulu, makan nanti", "pusing boleh, tapi ngopi dulu". Ungkapan-ungkapan inilah yang memicu tren ngopi dan nongkrong dikalangan gen z. Tak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi bagian penghilang stress bagi mereka.
Budaya ngopi dan nongkrong sendiri selain memiliki kelebihan untuk self reward dan penghilang stres juga sebagai cara mengeskpresikan diri dengan cara mereka mengabadikan kegiatan di media sosial.
Visual yang ditawarkan di cafe atau tempat nongkrong menjadi nilai lebih karena selalu memanjakan mata. Fasilitas yang terdapat ditempat seperti wifi atau nyanyian dari pengeras suara yang dinyalakan juga membuat gen z semakin betah untuk bekerja, berkumpul dengan teman, atau sekedar duduk duduk menikmati kopi.
BACA JUGA:Gen Z dan Kemandirian Mutlak: Harapan atau Beban yang Terlalu Berat?
Budaya ini semakin menjamur dengan adanya cafe-cafe yang baru buka, karena semakin banyak space yang dapat digunakan ngopi atau nongkrong dan juga dengan perkembagan teknologi yang signifikan, informasi yang didapat semakin cepat. Ketika suatu tempat atau kegiatan yang sedang tren karena dibicarakan banyak orang maka akan mempengaruhi kelompok masyarakat lainnya.
Walaupun begitu, dengan ungkapan "ngopi dulu, makan nanti" terlihat terlalu memaksakan diri, hal ini dapat memicu rutinitas yang kurang baik atau buruk bagi jangka panjang, bahkan dapat memberikan dampak buruk seperti penyakit di diri sendiri.
Sehingga, tren ngopi dan nongkrong memang mmeiliki kelebihan tetapi perlu diingat untuk tidak memaksakan diri terhadap gaya hidup yang tidak sesuai atau memberikan dampak buruk bagi diri sendiri. (*)
*) Mahasiswa Magang dari Prodi Sastra Indonesia, Universitas Negeri Surabaya.