ICOP 2025 Kolaborasikan Riset dan Budaya Untuk Ubah Desa Tertinggal

Jumat 18-07-2025,13:08 WIB
Reporter : Dave Yehosua
Editor : Salman Muhiddin

Namun ICOP bukan sekadar tentang budaya. Di balik kemeriahan, tersimpan program-program konkret yang dirancang untuk kebutuhan nyata masyarakat.

Denny Tri Haryanto, Koordinator iCOP 2025, menjelaskan bahwa seluruh kegiatan didesain berdasarkan hasil rembuk desa.

“Sebelum program dimulai, mahasiswa dan dosen sudah dua kali melakukan survei dan diskusi bersama warga. Jadi program yang dibuat benar-benar merespons kebutuhan lokal,” ujarnya.

Sebagai contoh, di Desa Sumberjati, kelompok mahasiswa berfokus pada literasi digital.

Mereka bekerja sama dengan sekolah dasar untuk membangun pojok baca dan mengembangkan perpustakaan digital, bahkan membuka donasi buku.

Proyek ini juga bagian dari hibah penelitian dosen PCU yang berfokus pada digitalisasi desa.

BACA JUGA:Screening Dokumenter Mahasiswa PCU di CGV Surabaya, Usung Tema Yang Terpinggirkan

BACA JUGA:Rayakan Valentine dengan Kreativitas, PCU Gelar Workshop Flower Cookies Decoration


Yusita Kusumarini (kiri) bersama Denny Tri Haryanto menjelaskan apa visi dan misi dari ICOP 2025. -Subastian Salim-HARIAN DISWAY

Sementara itu, di Desa Jembul, tema besar adalah lingkungan. Mahasiswa bersama warga dan komunitas pecinta sungai akan membersihkan aliran sungai sepanjang beberapa kilometer.

Aksi kolaboratif ini akan melibatkan relawan dari Bali, Jakarta, dan berbagai kota lain di Indonesia. Tak hanya membersihkan, mereka juga akan mengangkat potensi wisata yang selama ini tersembunyi.

Di desa lain, ada pula proyek branding desa, pelatihan UMKM, hingga edukasi kebencanaan. Semua kegiatan dirancang dengan pendekatan service learning dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Yang menarik, iCOP juga menjadi wadah pertukaran budaya. Mahasiswa asing diberi ruang untuk berbagi tradisi mereka melalui kelas memasak, pertunjukan seni, hingga mengajar bahasa.

Sebuah proses pembelajaran dua arah yang membentuk empati dan keterbukaan antarbudaya.

Lewat iCOP 2025, PCU menegaskan bahwa pendidikan tinggi tidak melulu tentang ruang kelas. Ia bisa hadir di sawah, di balai desa, di pinggir sungai. Ia bukan hanya soal nilai akademik, tapi juga tentang nilai kemanusiaan.

Dan mungkin, di antara tepian Mojokerto yang sederhana itu, para mahasiswa akan menemukan pelajaran paling berharga: bahwa mengubah dunia bisa dimulai dari mendengar, melayani, dan menari bersama masyarakat. (*)

Kategori :