Perampokan dan Pembunuhan di Pujon, Malang: Pelajari Taktik Perampok

Selasa 19-08-2025,13:27 WIB
Oleh: Djono W. Oesman

Ada riset menarik tentang strategi dan pola pikir perampok. Dikutip dari BBC, 18 Juni 2015, berjudul The strange expertise of burglars, hasil riset itu diungkapkan.

Naskah itu dibuka begini: Suatu siang, di tengah gemeresik dedaunan yang lembut, aku berjalan melewati gerbang belakang rumah, melintasi taman, dan membuka pintu, semuanya terasa gampang. 

Aku merampok di siang bolong. Sudah kuamati, rumah itu kosong. Tak seorang pun bisa menghentikanku sekarang.

Di dalam rumah, kegembiraanku berubah menjadi semacam kabut mental. Awalnya kuraih TV layar datar lebar, tetapi kemudian kubuang ke lantai. Barang itu terlalu besar untuk kugondol.

Detik-detik terus berjalan. Aku berlari ke lantai dua. Di sana ternyata cuma ada barang-barang besar. Lalu, aku turun lagi ke bawah. Barang-barang besar juga. Lalu, aku balik ke atas lagi. 

Di atas, baru kulihat ada laptop. Kukantongi laptop, ponsel. Lirik sana sini.

Rekanku, Claire Nee, memberikan kode tatapan mata mengarah ke jaket yang tergantung di kursi. Jaket kuraih. Di dalamnya ada dompet isi kartu kredit dan kunci, kuambil. Lalu, ia menunjukkan iPad di kursi dan paspor di dalam laci. 

Sudah cukup. Aku harus kabur secepatnya. Aku kabur sekarang. Sudah terlalu lama….

Penulis BBC: ”Maafkan aku. Itu bukan aku merampok sungguhan. Itu program realitas virtual yang kukendalikan dengan tetikus. Atas arahan Claire Nee.”

Ya... itu alat riset milik Claire Nee, psikolog forensik di Portsmouth University, Inggris, untuk mencoba memahami pikiran pencuri. 

Claire Nee: ”Jadi, perampok tidak gampang. Dulu orang-orang menganggap pelaku sebagai orang yang impulsif, sembarangan, dan oportunis. Orang pikir perampok tidak pintar karena biasanya mereka tidak berpendidikan tinggi.”

Dilanjut: ”Anggapan itu keliru. Perampok punya perangkat kognitif yang kompleks berupa keterampilan otomatis tingkat lanjut di otak mereka. Seperti pemain catur atau bintang tenis. Jika kita ingin mencegah kejahatan di masa mendatang, kita harus pahami keahlian itu.”

Nee memulai penelitiannya di penjara-penjara di Inggris. Ia mewawancarai para napi perampok tentang kesalahan mereka sehingga ditangkap polisi dan dipenjara. Ternyata responden mau menggali ingatan mereka, menguraikan detail strategi perampokan. 

Selain wawancara, Nee menyodorkan program realitas virtual perampokan itu kepada napi perampok. Responden juga mau melakukan simulasi perampokan. 

Ternyata, perampok sungguhan bekerja sangat cepat dan efektif. 

Nee menyimpulkan, perampok langsung mengincar uang tunai. Sepanjang eksperimennya, ia menunjukkan bahwa sebagian besar perampok beroperasi dengan ”pilot otomatis” di otak mereka. Itu memungkinkan mereka memanfaatkan peluang dengan sangat cepat.

Kategori :