Tak disangka, pihak istana membatalkan pencabutan tersebut. Dalam acara seremonial pers, pihak istana mengembalikan ID card Diana. Kejadian itu, di satu sisi, positif karena menimbulkan persepsi bahwa era Prabowo beda dengan era Soeharto.
Namun, di sisi lain, itu kelihatan mencla-mencle. Kalau mau tegas, jangan tanggung. Kalau mau demokratis, jangan mencabut ID.
Dari kejadian itu jelas bahwa MBG beracun isu sangat sensitif. Persepsi masyarakat telanjur jeblok. Keracunan, meskipun jumlahnya sedikit, mengerikan.
Keracunan makanan lebih mengerikan daripada momok. Jika ada orang mengatakan bahwa di suatu titik lokasi tertentu ada momok, sebagian besar orang ogah lewat lokasi itu. Tapi, ada saja orang yang kepo, mendatangi lokasi itu. Sebaliknya, keracunan makanan yang terpublikasi, mengerikan massal.
Dikutip dari Food Poisoning News, 5 Maret 2025, berjudul The Psychological Impact of Food Poisoning, karya Kit Redwine, diungkapkan, keracunan makanan berdampak psikologis massal.
Kit Redwine adalah pakar keamanan pangan dari Michigan, Amerika Serikat (AS).
Disebutkan, orang yang pernah keracunan makanan dipenuhi rasa takut, cemas, dan trauma terhadap makanan yang meracuninya. Hal yang semula penyakit fisik, yakni mual, muntah, diare, berubah menjadi beban psikologis berlarut.
Makanan terkait psikologis si pemakan. Orang yang keracunan bakal terukir di ingatan rasa sakit di benaknya. Itu menciptakan asosiasi bawah sadar antara makanan dan bahaya.
Dalam beberapa hari atau minggu setelah episode keracunan makanan, seseorang biasanya merasa ragu makan. Untuk makanan apa saja. Dalam psikologi, itu disebut sibofobia atau keengganan makan.
Misalnya, seseorang yang sakit setelah makan makanan laut. Ia akan enggan berkepanjangan terhadap semua makanan laut, terlepas dari sumber atau cara pengolahannya.
Apalagi, untuk makanan yang menyebabkan keracunan. Itu menimbulkan trauma psikologis. Misalnya, keracunan makan kerang. Ia akan selalu menghindari makan kerang.
Setelah itu, ia berangsur-angsur pulih. Mau makan. Namun, tetap menghindari makanan yang pernah meracuninya.
Itu memperburuk kesehatan mental yang lebih luas. Misalnya, gangguan kecemasan umum, obsessive compulsive disorder (OCD). Bisa meningkat jadi post-traumatic stress disorder (PTSD).
Jika seseorang keracunan makan di suatu restoran, ia tidak bakal kembali ke restoran tersebut. Meskipun pihak restoran sudah melakukan perbaikan.
Parahnya, jika seseorang keracunan makanan di suatu restoran dan dipublikasi warganet. Akibatnya, hancur citra restoran itu. Mustahil pulih dalam waktu singkat.
Dengan demikian, pemilik restoran akan menutup restoran daripada merugi akibat sepi konsumen. Kalaupun ia buka restoran lagi, lokasinya pindah dan ganti nama. Kasus demikian banyak terjadi. Restoran yang sudah berdiri puluhan tahun rusak gegara satu orang keracunan di situ dan dipublikasikan.