Dua peneliti tersebut dari Chicago University, AS: Jens Ludwig dan Kevin Schnepel. Ludwig penulis buku Unforgiving Places: The Unexpected Origins of American Gun Violence (Chicago University Press, 2025). Schnepel anggota ahli Peradilan Pidana Dewan Riset Ilmu Sosial, Brooklyn, New York, AS.
Dua peneliti itu bekerja di Simon Fraser University di Burnaby, British Columbia, Vancouver, Kanada. Mereka melakukan dua riset, yakni kejahatan bermotif ekonomi dan kejahatan kekerasan
Mereka memilah, kejahatan ekonomi seperti penipuan online, pengutilan, pencopetan, pencurian di mobil terparkir, pencurian di rumah kosong. Intinya, tanpa mengancam atau menyakiti, apalagi membunuh, korban.
Kejahatan kekerasan, penjahatnya berhadapan muka dengan korban. Penjahat awalnya mengancam kekerasan (dengan senjata) terhadap korban. Jika melawan, korban bisa benar-benar dibunuh.
Ludwig dan Schnepel diwawancarai wartawan Knowable Magazine.
Tanya: Adakah studi kasus kota atau negara bagian (di AS) di mana kebijakan yang mengurangi keputusasaan ekonomi menghasilkan penurunan kejahatan properti secara keseluruhan, tetapi tidak kejahatan kekerasan
Schnepel: Sejumlah studi menunjukkan bahwa pemberian tunjangan uang tunai oleh pemerintah kepada masyarakat mengurangi pencurian atau kejahatan properti. Tetapi, itu dampaknya kecil, bahkan tidak ada sama sekali, terhadap kejahatan kekerasan.
Studi tahun 2020 menemukan bahwa setiap angsuran Dividen Dana Permanen Alaska, tunjangan tahunan USD1.700, secara signifikan mengurangi kejahatan properti, tetapi tidak mengurangi kejahatan kekerasan, setidaknya untuk jangka pendek.
Beberapa studi di seluruh AS menunjukkan bahwa kondisi pasar tenaga kerja yang buruk (misalnya, tingkat pengangguran tinggi) berkaitan dengan tingkat kejahatan properti yang lebih tinggi, tetapi tidak dengan kejahatan kekerasan.
Tanya: Apa hubungan antara status ekonomi dan kejahatan kekerasan seperti penembakan?
Ludwig: Setiap lingkungan makmur (di AS) memiliki tingkat kejahatan kekerasan yang relatif rendah, dan semua lingkungan dengan tingkat kekerasan senjata yang tinggi berada di kawasan rakyat tergolong miskin.
Artinya, status ekonomi masyarakat memengaruhi kekerasan senjata dalam skala besar. Di lingkungan miskin, kejahatan kekerasan tinggi, sedangkan di lingkungan orang kaya, kejahatan kekerasan rendah.
Mengapa begitu? Terlepas seseorang tinggal di lingkungan miskin atau kaya, kebanyakan penyerangan dimulai dengan cara yang sama: pertengkaran.
Seseorang mengatakan sesuatu yang buruk terhadap orang lain, misalnya, ”berengsek”, ”bodoh kamu”. Maka, situasi mulai memanas dari situ.
Mengutip hasil riset Jane Jacob, kejahatan kekerasan yang tinggi pada lingkungan miskin disebabkan dua hal: pendidikan masyarakat dan ”mata di jalan”.
Pendidikan, pengajaran berkualitas di sekolah, membantu orang membuat keputusan yang lebih baik di saat-saat genting. Jika satu orang saja dalam konflik berkata, ”hei, kamu bodoh,” semuanya bisa berakhir dengan buruk. Tapi, itu tidak berlaku pada orang dengan kualitas pendidikan yang baik.