BACA JUGA:Pembunuhan dengan 78 Tikaman di Lampung: Dulu Pelaku Jadi Korban
BACA JUGA:Pembunuhan Cucu Businessman Top di Manado: Pihak Korban Maafkan Pelaku
Menanggapi itu, Heryanto mengatakan, ia kenal beberapa dukun di Purwakarta. Dukun itu bisa membikin cowok Dina bisa cintai Dina lagi. Atau, dukun bisa ”mengobati” Dina supaya melupakan si mantan.
Dina, diceritakan, tertarik dengan ide Heryanto. Dina mau ke dukun itu. Akhirnya mereka janjian ketemu untuk bersama-sama mendatangi rumah si dukun.
Senin sore, 6 Oktober 2025, mereka bertemu di sebuah minimarket dekat Rumah Sakit Amira, Purwakarta. Waktu itu Dina datang sendirian membawa motor Stylo, Heryanto tidak membawa kendaraan karena rumahnya tak jauh dari situ.
BACA JUGA:Pembunuhan Antarteman, Dibacok Celurit di Bandung: Mengapa Remaja Membunuh?
BACA JUGA:Pembunuhan gegara Utang Koperasi Rp 500 Ribu: Miskin Bikin Orang Jahat?
Mereka ngobrol sebentar. Kemudian, Heryanto mengajak Dina, lebih enak ngobrol di rumah Heryanto. Dina pun mau. Mereka berboncengan motor menuju rumah Heryanto di Kampung Pasir Oa, Desa Wanawali, Kecamatan Cibatu, Purwakarta.
Tiba di sana, Heryanto bilang ke Dina, ia minta utang Rp1,5 juta. Dina mengatakan tidak punya segitu. Tak lama kemudian, Heryanto merangkul Dina, dilanjut mencekik dari arah depan.
Kejadian selanjutnya, saat Dina lemas, Heryanto melucuti celana Dina dan memerkosa. Setelah ia puas, dilanjutkan mencekik mati. Barulah Heryanto melucuti perhiasan korban, kemudian membungkus tubuh Dina dengan kardus besar.
Lalu, Heryanto keluar rumah, mendatangi tempat rental mobil di dekat rumahnya. Ia menyewa Toyota Avanza. Mobil itu dibawa ke TKP, kemudian Heryanto mengangkat jasad sendirian, menaikkan jasad ke bagasi.
Ia juga menelepon dua teman pria yang kemudian datang dan ikut mobil Avanza membuang jasad Dina di Jembatan Merah, Bendungan Jatiluhur, Purwakarta. Dua pria teman Heryanto itu masih diperiksa polisi.
Sampai di sini, motif ekonomi pembunuhan itu mengecil. Selain kalkulasi antara hasil kejahatan dan gaji Heryanto di atas, ditambah beban sewa mobil. Tarif sewa Avanza per hari sekitar Rp400 ribu dibayar di muka. Dibayar Heryanto sebelum ia sempat menjual perhiasan korban yang Rp4 juta.
Hasil rampokan Heryanto setara dengan gajinya sebulan. Bahkan, ia bermodal 10 persen dari hasil kejahatan. Tidak sebanding antara hasil dan risiko pemerkosaan disertai pembunuhan. Pelaku bisa dihukum mati. Artinya, tindakan Heryanto bukan bermotif ekonomi, melainkan kejahatan kekerasan.
Kejahatan bermotif ekonomi (properti) berbeda dengan kejahatan kekerasan meski kejahatan kekerasan bisa saja ujungnya bertujuan ekonomi (uang, barang berharga).
Dikutip dari Knowable Magazine, 9 Oktober 2025, berjudul Property crime and violent crime have different solutions–here’s why? karya Chris Woolston, diungkapkan wawancara dengan dua ilmuwan kriminologi soal itu.