Dari pedalaman hutan Indonesia hingga forum internasional di Bali dan Brasil, suara pemuda adat kini menggema semakin lantang. Mereka menjadi penggerak yang membawa narasi baru: masa depan bumi tak bisa diputuskan tanpa melibatkan generasi muda adat.
Itulah semangat yang diusung oleh Barisan Pemuda Adat Nusantara (BPAN) bersama jejaring pemuda adat Asia dan Afrika dalam konferensi Global Youth Forum (GYF). Ajang itu baru saja usai di Bali pada September 2025 lalu.
Forum tersebut mempertemukan lebih dari 50 pemimpin muda dari 27 negara. Mereka berdialog dan merumuskan langkah-langkah strategis menghadapi krisis global.
“Pemuda adat adalah penjaga nilai leluhur dan keberlanjutan. Kami juga menjaga harmoni manusia dan alam. juga membuka peluang ekonomi berkelanjutan,” ujar Cindy Yohana, perwakilan BPAN, dalam pernyataannya.
BACA JUGA:Mahasiswa Internasional Pamerkan Kain Adat Tais dan Filipiniana dalam Gelaran Panggung ICF 2025
BACA JUGA:Menggugah Esensi Kemerdekaan Tanah Adat
Dia mencontohkan bagaimana praktik seperti pengelolaan hasil hutan non-kayu, pangan lokal, hingga kerajinan tradisional menjadi bentuk kemandirian ekonomi yang berpijak pada tradisi.
Namun, perjuangan mereka tak berhenti di forum Bali. Hasil-hasil pertemuan tersebut akan dibawa ke Konferensi Perubahan Iklim COP30 di Brasil pada November mendatang.
Anda sudah tahu, itu merupakan pertemuan iklim terbesar dunia. Keberadaannya akan menentukan arah kebijakan global.
Bagi Indonesia yang memiliki hutan tropis terbesar ketiga di dunia, kehadiran pemuda adat di forum itu menjadi krusial. Mereka hidup langsung di garis depan, menjaga kawasan yang menjadi paru-paru dunia.
BACA JUGA:Ribuan Warga Padati Istana Merdeka, Upacara HUT Ke-80 RI Semakin Meriah dengan Nuansa Adat
BACA JUGA:Lucu dan Haru! Sinopsis Jodoh 3 Bujang, Angkat Makna Pernikahan Adat Bugis
“Kami ingin menjadi bagian yang menentukan. Pemuda adat harus punya ruang bermakna dalam setiap proses pengambilan keputusan,” tegas Hero Aprila, Ketua BPAN.
Meski kiprah pemuda adat semakin kuat, mereka tetap menghadapi tantangan besar di era globalisasi. Funa-ay Claver dari Asia Young Indigenous Peoples Network (AYIPN), Filipina, menyoroti bagaimana korporasi global dan ekspansi industri sering menyingkirkan masyarakat adat dari tanah leluhur mereka.
Forum pemuda adat dari berbagai negara berkumpul. Mereka berkomitmen sebagai penjaga kawasan yang menjadi paru-paru dunia.-Dalyanta Sembiring-