Sekaligus menyiapkan generasi muda untuk menjadi pemimpin komunitas yang mandiri dan tangguh menghadapi perubahan zaman.
Inisiatif pemberdayaan juga terlihat di Afrika Tengah. Di bawah bimbingan CEPF, ratusan perempuan dan pemuda adat di Kongo kini mengikuti pelatihan pengelolaan hutan dan pertanian keluarga berkelanjutan.
“Hasilnya luar biasa,” kata Elnathan. “Sekitar 80 persen peserta kini menerapkan teknik karbonisasi baru yang mengurangi deforestasi hingga 40 persen. Kami juga membentuk tiga koperasi produksi briket ekologis. Serta koperasi perempuan penjual hasil hutan,” lanjutnya.
Para pemuda adat dari berbagai negara. Mereka memperjuangkan pelibatan pemuda adat dalam menjaga kawasan hijau dan tanah-tanah adat.-Dalyanta Sembiring-
Di tingkat global, AYIPN meluncurkan kampanye “Indigenous Lands in Indigenous Hands (ILIH)”. Sebuah gerakan yang menyerukan agar tanah adat tetap dikelola oleh masyarakat adat sendiri.
BACA JUGA:Daftar Pakaian Adat Yang Dikenakan Pejabat Pada Upacara HUT Ke-79 RI di Jakarta dan Nusantara
BACA JUGA:Pemerintah Janji Tak Semena-mena Gusur Masyarakat Adat Demi Lahan di IKN
Kampanye itu dilakukan untuk membangun kesadaran publik. Juga memperkuat jaringan pemuda adat lintas negara untuk melakukan advokasi bersama.
Di sisi lain, Cindy Yohana dari BPAN menegaskan pentingnya kolaborasi lintas negara untuk memperkuat solidaritas.
“Kami ingin berbagi pengalaman, belajar dari satu sama lain, dan membangun kampanye bersama melawan perampasan tanah serta perubahan iklim,” ujarnya.
Gerakan pemuda adat kini menjadi kekuatan baru yang tak bisa diabaikan. Mereka membawa semangat yang sama: menjaga bumi sambil memperjuangkan martabat budaya. (*)