Bahkan, Putin membandingkan perubahan dalam pangsa PDB global antara G-7 dan BRICS. Ia mengatakan, PDB G-7 terus menyusut dari 1992 sebesar 45,5 persen menjadi 16,7 persen pada 2024.
Dengan PDB agregat aliansi BRICS lebih dari 60 triliun dolar AS atau setara Rp900.000 triliun (asumsi USD1= Rp 15.000) dan total pangsa pasar global melebihi indikator pertumbuhan aliansi negara G-7.
Dalam beberapa dekade terakhir, lebih dari 40 persen pertumbuhan PDB global dan seluruh dinamika ekonomi global telah diperhitungkan oleh negara-negara BRICS.
Keuntungan strategis-ekonomis bisa diraih Indonesia yang menggabungkan diri sebagai anggota BRICS dengan memanfaatkan kebijakan LCS adalah mnegurangi tekanan dan ketergantungan terhadap mata uang dolar AS yang pada gilirannya akan mereduksi tekanan pada neraca pembayaran.
Meski telah berjalan dalam lingkup skala kecil antaranggota, kebijakan dedolarisasi yang hendak diimplementasikan aliansi BRICS telah menempatkan Washington dalam situasi sulit sehingga tidak bisa seenaknya bebas melakukan kebijakan proteksionisme berlebihan yang dapat mengganggu ritme perdagangan dunia. (*)