Profesor Penakluk Komputer
Prof Riyanarto Sarno bisa disebut penakluk komputer. Cita-citanya, komputer bisa memahami makna bahasa manusia. Ia fokus menggarap artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan. Wajar jika guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) itu masuk 2 persen peneliti berpengaruh versi Stanford University.
PROF Riyanarto Sarno sedang duduk di teras rumahnya. Di depannya terdapat sebuah laptop yang terletak di atas meja. Jemarinya sedang mengetik di laptop miliknya itu. Ia baru saja selesai menjadi pembicara di sebuah webinar. Temanya adalah AI. Cocok dengan yang selama ini telah dikembangkannya.
”Langsung dua webinar. Sebenarnya sekarang enak ya bisa ikut seminar di berbagai tempat dalam satu waktu. Tapi ya begitu, capek juga rasanya,” ujar alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut.
Teknologi terus berkembang, menuntut Riyan, sapaan akrab Riyanarto, ikut serta dalam pengembangannya. Ia sangat tertarik dengan AI. Bahkan sejak kuliah.
Awalnya Riyan mengambil jurusan elektro arus lemah. Konsentrasi pada elektro kontrol. Lalu saat semester 5, ia tertarik belajar ekonomi. Sehingga memutuskan untuk kuliah di Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung. Mulai lagi dari semester satu.
Saat itu, di pikiran Riyan hanya ingin menerapkan teori kontrol pada ilmu ekonomi. Agar pertumbuhan ekonomi bisa berjalan dengan bagus. Bahkan harapannya bisa mengendalikan parameter ekonomi melalui teori kontrol.
Ia mengibaratkan teori kontrol seperti rudal yang menembak pesawat. Bila rudal melaju lebih cepat dari pesawat, maka tembakan bakal meleset. Begitupun sebaliknya. Sehingga timing harus benar-benar tepat.
Meskipun kedua jurusan itu ’’saling bertolak belakang’’, kedua perkuliahan itu rampung. Setelah lulus, ia sempat mengajar di ITB. Singkat saja. Hanya 6 bulan. Setelah itu, Riyan ditarik ke ITS.
”Saat itu masih dosen honorer. Tapi sudah dapat formasi. Saat itu dosen kan seperti calon pegawai negeri sipil (PNS). Jadi sudah ada formasinya begitu,” ujar mantan wakil ketua Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Jatim itu.
Pada 1987 Riyan mendapat beasiswa S-2 di Kanada. Tepatnya di University of New Brunswick. Letaknya berada di ujung timur negara tersebut. Berdekatan dengan negara bagian Maine, Amerika Serikat.
University of New Brunswick punya supercomputer. Komputer paling canggih yang ada di planet ini. Pada saat itu pada masa itu. Perangkat komputer itu diberi langsung oleh International Business Machines Corporation (IBM). Perusahaan yang bergerak di perangkat lunak dan keras komputer. Perusahaan tersebut juga memberi beasiswa kepada Riyan.
Riyan ditawari masuk tim pengembangan supercomputer oleh IBM. Ia menerima tawaran itu. Meskipun ia harus mengorbankan banyak waktu, karena padat dengan proyek penelitian.
Cukup 3 semester, gelar magister di bidang komputer diraih Riyan. Setelah itu pada 1989, ia melanjutkan studi doktoralnya di kampus yang sama. Ia mengambil jurusan komputer.
Dari perkuliahannya itu, Riyan semakin tertarik pada bidang AI. Baginya kecerdasan buatan itu merupakan hal yang unik. Riyan ingin suatu saat komputer bisa menjelaskan makna bahasa manusia.
Dokumentasi pribadi Riyan yang menunjukkan guru besar ITS tersebut bersama peranti telemetri di Belgia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: