Imlek dalam Sanubari

Imlek dalam Sanubari

Tahun Baru. Harapan baru. Semangat baru. Target baru. Baju baru. Semuanya serba baru. Mulai dari awal.

Dalam hitungan hari lagi, saudara-saudara kita yang mengalir darah Tionghoa akan merayakan Imlek. Hari pertama pada tahun baru menurut kalender bangsa Tionghoa  yang sudah berlaku sejak sebelum Masehi.

Warna merah sudah mendominasi hiasan-hiasan baik di tempat perbelanjaan, tempat hiburan, dan jalan-jalan di belahan kota. Lagu-lagu bernuansa Mandarin mulai berkumandang dan semakin sering terdengar di telinga.

Buah jeruk pun saat ini lebih mudah ditemui, di setiap pasar tradisional maupun modern.

Genderang mengiringi barongsai, letusan petasan, kantong penuh dengan amplop angpao, meja penuh dengan hidangan, kehangatan dan canda tawa bersama keluarga besar.

Itulah Imlek.

Titik awal di penggalan waktu berikutnya yang harus dilewati. Dikenal juga sebagai festival musim semi jika melihat sejarahnya.

Untuk menyambut Imlek, biasanya ada beberapa ritual yang dipercaya secara turun temurun yakni membersihkan dan merapikan rumah. Supaya terhindar dari nasib buruk.

Selain itu juga didekorasi dengan hiasan-hiasan supaya mendatangkan rezeki, kebahagiaan, dan keberuntungan.

Meskipun ritual ini tidak secara tertulis dan menyebar ke seluruh penjuru dunia karena selalu dibawa oleh warga Tionghoa di mana pun mereka berada. Dengan penyesuaian norma maupun lingkungan di mana mereka tinggal, prosesi dasar tersebut tetap dilakukan.

Kehidupan semakin modern, terbuka memang sedikit melunturkan ritual-ritual tersebut. Bisa kita lihat bahwa percampuran budaya sangat mempengaruhi.

Di Indonesia, terutama kota-kota besar sudah mulai jarang ditemui keluarga yang menjalankan ritual tersebut secara komplet. Tetap ada tapi lebih pada ’semampunya’ dan minimalis.

Itu karena masyarakat sekarang mengedepankan rasionalitas dan esensinya. Daripada simbol-simbol yang memang tidak dipahami secara menyeluruh.

Imlek Masa Kini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: