Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan Hakka Aceh Kho Kie Siong: Zhu Ren Wei Le

Cheng Yu Pilihan Ketua Yayasan Hakka Aceh Kho Kie Siong: Zhu Ren Wei Le

Cheng yu Kho Kie Siong--

KHO Khie Siong ingin senantiasa bisa membantu sesama. Ketua Yayasan Hakka Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam tersebut selalu mendapat kepuasan batin ketika menolong orang-orang. Dan, baginya, itu tidak bisa digantikan dengan materi. 

Melalui yayasan yang dipimpinnya, Akhie, sapaan akrabnya, biasa membagi-bagikan paket tiap Ramadan tiba. Kegiatan demikian telah dilakukannya sejak bertahun-tahun yang lalu. Tak pernah absen saban bulan puasa. Jumlah yang diberikan pun terus bertambah. Dari yang awalnya hanya ratusan, naik menjadi ribuan bingkisan.

Untuk meminimalkan dampak pandemi bagi kaum duafa, Akhie menginisiatori pembukaan Warung Murah pada 2020 kemarin. Jual nasi seharga Rp 3 ribu per porsi. Jualan rugi sebenarnya. Sebab, nasi yang dijualnya adalah nasi yang dibelinya dengan harga Rp 7 ribu dari warung-warung makan muslim di sekitar kantornya. Setiap hari, Warung Murah yang digagas Akhie menyediakan 250 porsi nasi. Lengkap dengan lauk-pauknya. Buka mulai pukul 11.30 sampai 13.00. Dari Senin hingga Kamis. 

Akhie berharap, dengan adanya beragam kegiatan berbagi ini, toleransi antarumat beragama di negeri Serambi Makkah tetap terjaga. Hubungan harmonis antaretnis yang sudah terjalin berabad lamanya juga diharapkan langgeng karenanya.

BACA JUGA:Cheng Yu Pilihan Pilot Garuda Laurentius Handigdo: Tian Shang You Tian

Tampaknya, Akhie ingin mengamalkan pepatah Mandarin “助人为乐” (zhù rén wéi lè). Yang artinya: menjadikan membantu sesama sebagai sesuatu yang menggembirakan. 

Pun tak menutup kemungkinan Akhie tengah mengikuti apa yang dipetuahkan filsuf Mensius 孟子. "Semua manusia," kata Mensius dalam kitab Mengzi, "mempunyai perasaan tidak tega.”Terutama kepada pihak yang lebih lemah. 

Pasalnya, Mensius mengumpamakan: Kalau ada bayi yang akan terjatuh ke sumur, manusia akan refleks menolongnya kendati sang bayi bukan anaknya sendiri. Tujuan menolong sang bayi bukan karena ingin mengenal orang tuanya. Bukan pula untuk cari nama. Atau kepentingan lainnya. Melainkan semata didorong oleh perasaan tidak tega yang merupakan sifat azali manusia.    

Makanya, Mensius mengecap, “无恻隐之心, 非人也” (wú cè yǐn zhī xīn, fēi rén yě): barang siapa tidak mempunyai perasaan tidak tega, maka ia bukanlah manusia. (*)

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: