Berprestasi Internasional, tapi Tertolak Ikut Seleksi PPDB SMP Surabaya

Berprestasi Internasional, tapi Tertolak Ikut Seleksi PPDB SMP Surabaya

Sejumlah siswa SMAN 6 Surabaya saat menunggu jemputan ketika usai sekolah.-Faizal Pamungkas)-

SURABAYA, HARIAN DISWAY- penerimaan peserta didik baru (PPDB) SMP negeri jalur prestasi berakhir pada Senin, 20 Juni 2022. Namun, ada beberapa kendala yang terjadi. Yang paling banyak, calon peserta didik baru (CPDB) ditolak sekolah meski poin prestasinya tinggi.

Itu dialami tiga CPDB dari SDN Petemon Surabaya. Mereka adalah Vini Nur Azizah, Ramadhani Rahman, dan Earl Ellyora Sahasika Urdha. Mereka daftar ke SMPN 1 Surabaya, Jalan Pacar, Ketabang.

Poin prestasi cabang olahraga wushu dari tiga CPDB itu pun cukup lumayan. Vini Nur Azizah berhasil mengumpulkan 17 piagam kejuaraan. Totalnya mencapai 179,1 poin. 

Piagam itu pun datang dari kejuaraan yang cukup bergengsi. Salah satunya dari kejuaraan dunia resmi International Wushu Federation (Iwuf) yang berpusat di Korea Selatan yang digelar virtual pada 2021. 

”Anak saya dapat emas dan perak,” kata Nurtanto saat ditemui Jumat, 17 Juni 2022. Bahkan, piagam lain didapat dari kejuaraan tingkat Porprov hingga kejurnas. Dan masih banyak piagam juara lainnya. 

Namun, yang bisa disetorkan sesuai persyaratan adalah tiga tahun terakhir. Mulai 2019 hingga 2022. Itu membuktikan Vini memang berprestasi di cabor wushu. Lalu, kenapa ditolak ikut seleksi?

”Kata pihak sekolah, mereka ikut sistem yang ada. Sekolah tidak bisa menerima prestasi wushu,” ujar Nurtanto. Ia sudah mengonfirmasikan hal tersebut kepada wakil kepala SMPN 1 Surabaya kemarin. Bersama dua wali murid lain yang bernasib sama.

Padahal, SMPN 1 Surabaya pernah menerima kuota cabor wushu pada PPDB jalur prestasi 2021. Tentu dengan asumsi itu, Nurtanto optimistis anaknya bisa diterima. Apalagi, jumlah poin prestasi putrinya terbilang tinggi.

Keresahan itu pun sempat diadukan ke Dinas Pendidikan Surabaya. Namun, ia malah bingung. Sebab, Dispendik Surabaya beralasan bahwa kuota itu sepenuhnya wewenang setiap sekolah.

Untuk sementara, Nurtanto direkomendasikan ke 11 SMP. Yang paling prospek adalah SMPN 3 Surabaya. Sebab, jaraknya paling dekat dengan rumahnya. ”Sementara itu yang kami pilih. Padahal, anak pengin SMPN 1 karena dekat dengan tempat latihan wushunya,” jelasnya.

Ismail Rahmad, bapak Ramadhani Rahman, pun demikian. Putranya itu berhasil mengumpulkan poin prestasi sebanyak 31. Dari kejuaraan daerah provinsi, kejurnas, hingga kejuaraan dunia.

”Padahal, tahun lalu bisa daftar pakai prestasi wushu. Kami sudah ke sana kemari, tapi belum mendapat alasan yang jelas,” ujar warga Semampir itu. Putranya juga mengidamkan SMPN 1 Surabaya. Jika ditolak ikut seleksi, ia berharap mendapat alasan yang jelas agar si anak dapat diterima.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Yusuf Masruh turut angkat bicara. Ia mengakui, banyak kendala serupa yang ditemukan di beberapa SMP negeri. Setiap sekolah memang punya jalur prestasi sesuai khas masing-masing.

Ada sekolah yang khas dengan cabor renang, sepak bola, basket, futsal, dan lain-lain. Kemudian, itu dijadikan tolok ukur menerima siswa berprestasi. Dengan demikian, semua kewenangan memang sepenuhnya dari sekolah. ”Setiap sekolah tentu punya pertimbangan untuk menolak,” ungkapnya.

Sumber: