Seminar Digimaru-Disway Road to 100 With Dahlan Iskan (5): Mengapa Bukan Marketplace atau e-Commerce?

Seminar Digimaru-Disway Road to 100 With Dahlan Iskan (5): Mengapa Bukan Marketplace atau e-Commerce?

Peserta Road to 100 2019 menerbangkan pesawat kertas di akhir sesi pada 2019 lalu. -Dokumentasi Digimaru-

Istilah e-commerce, marketplace, dan online shop terdengar serupa. Namun, sebenarnya ketiganya memiliki perbedaan besar. Seminar Bisnis Online Road to 100 With Dahlan Iskan yang digelar Digimaru dan Harian Disway 21 Agustus 2022 nanti akan membahas strategi menembus omzet Rp 100 juta pertama di bisnis online.

Tiket Seminar Bisnis online Road to 100 With Dahlan Iskan ini dijual terbatas. Anda pembaca Disway bisa mendapatkan harga khusus diskon Rp 100 ribu ▶ digimaru.org/roadto100 (kupon: disway100) selama persediaan masih ada.

—---------

DIGIMARU mengajarkan cara jualan online lewat platform Instagram saat pertama kali berdiri enam tahun lalu. Saat itu kebanyakan orang berjualan online hanya melalui Blackberry dan FJB Kaskus.

“Yang memulai pertama kali berjualan lewat online shop di Instagram adalah Andri (Strategic Director Digimaru, Red),” ujar Direktur Digimaru Michael Sugiharto di Disway News House. Andri yang awalnya adalah pebisnis offline, telah menutup 4 tokonya di salah satu mal besar di Surabaya Selatan. Dalam setahun pertamanya berbisnis online, omzetnya sudah melebihi empat toko offline-nya itu. Makanya Andri merasa keputusan menutup tokonya itu sebagai langkah tepat.

Pelatihan pertama Digimaru digelar di Surabaya. Acara workshop pertama itu sold out. Yang ikut belum sebanyak sekarang. Saat itu Digimaru hanya menampung 40 orang yang mau belajar bisnis online di Instagram. 

Pengalaman kumulatif Andri, Anthony & Michael mengelola bisnis online di Instagram selama bertahun-tahun jadi bahan materinya. Mereka mendapatkan ilmunya secara otodidak melalui banyak trial dan error. Belajar dari banyak kesalahan, mulai dari branding, pencarian supplier, produksi barang, penentuan harga, foto produk, copywriting, cara endorse influencer, customer service dan masih banyak lagi. Semua hal yang dipelajari itu terus disempurnakan hingga akhirnya menemukan framework bisnis online yang diajarkan di Digimaru saat ini.

“Setiap platform punya audience-nya sendiri. Pasar, mal, trade center, lain cara jualnya. Approach juga beda. Di bisnis online pun begitu. Banyak orang tidak paham dan pukul rata, mereka menganggap bahwa bisnis online semuanya sama hanya satu platform saja. Padahal cara berjualan di sosial media, marketplace dan website itu jauh berbeda, dan Ini yang dikupas Digimaru,” ujar Michael, pemilik channel YouTube Teknobie itu.


-Rozi Hamdani-Harian Disway-

Berjualan online di website lebih eksklusif, karena biasanya hanya digunakan untuk menjual produk dari pemilik website. Produk yang dijual terbatas karena hanya dijual oleh satu penjual saja. Misalnya website Adidas, Nike, Canon, Nikon, Apple, atau Samsung.

Sedangkan marketplace adalah penyedia website online yang bertindak sebagai perantara antara penjual dengan pembeli. Ada banyak penjual dengan berbagai jenis produk. Contohnya Lazada, Shopee, OLX, Tokopedia, Blibli, hingga OLX.

Sedangkan, online shop adalah bisnis yang fokus melakukan penjualan di media sosial seperti Facebook, Instagram, YouTube, hingga TikTok. Berjualan platform media sosial mempunyai keuntungan dari traffic organik yang menjadi fans base online shop tersebut.  “Di Instagram atau TikTok kita yang menciptakan market sendiri. Create demand sendiri,” sahut Andri. 

Marketplace diibaratkan seperti pasar yang berisi banyak penjual. Orang datang ke sana memang sudah ingin berbelanja. Pengelola pasar yang bertanggung jawab menarik banyak orang untuk mengunjungi marketplace tersebut.

Namun, persaingan antar toko di marketplace begitu ketat. Sehingga banyak yang ikut banting-bantingan harga. Sebab algoritma marketplace akan menampilkan barang kompetitor Anda, yang mempunyai harga termurah. 

Sumber: