Mijn Roots Mencari Orang Tua Kandung: Pindah ke Panti Asuhan Pangkuan si Cilik (15)

Andre dilahirkan pada Februari tahun 1978. Ia hanya mendapatkan hangatnya pelukan dan air susu ibu selama empat hari. 

Setelah itu, sang ibu tak tahu Andre dibawa ke mana. Ayahnya, Theo Kohler, yang diperkirakan memiliki darah campuran Jawa dan Eropa memaksa Kartini menitipkan putra ketiganyi itu di rumah sakit Panti Secanti, Gisting, Lampung.

Saat Kartini kembali ke RS, Andre ternyata sudah tak di sana. Dia marah besar kepada sang suami. Bayi yang tak sempat diberi nama itu rupanya dijual. Begitulah kekejaman yang dialami anak-anak adopsi dan keluarga kandungnya.

Kediaman salah satu keluarga Olvi Jasinta yang masih berupa rumah panggung di Langowan.-Dok Olvi Jasinta-

Mereka memang mendapatkan pendidikan dan hidup yang lebih kayak di Belanda. Namun, jauh di lubuk hati, anak-anak adopsi itu begitu rindu dengan akarnya: Indonesia. 

Saya jadi ingat petikan lagu El Condor Pasa (Burung Kondor yang Terbang). Lagu itu ditulis komposer Peru, Daniel Alomia Robles, pada 1913. 

Lagu yang bernada musik rakyat Pegunungan Andes itu menjadi populer di seluruh dunia setelah dinyanyikan ulang oleh Simon & Garfunkel pada tahun 1970 di album Bridge Over Troubled Water:

I’d rather be a forest than a street. Yes, I would, if I could, I surely would. (Saya lebih suka menjadi hutan daripada jalan. Ya, saya akan, jika saya bisa, saya pasti akan melakukannya)

I’d rather feel the earth beneath my feet. Yes, I would, if I only could, I surely would. (Aku lebih suka merasakan bumi di bawah kakiku. Ya, saya akan, jika saya bisa, saya pasti akan melakukannya). (Salman Muhiddin)

 

Proyek Film Dimulai dari Jakarta. BACA BESOK!

 

Sumber: