Wajah Transportasi Publik Surabaya Tahun Depan: Berharap MRT Bukan Sekadar Wacana

Wajah Transportasi Publik Surabaya Tahun Depan: Berharap MRT Bukan Sekadar Wacana

KOMUTER yang melayani penumpang Surabaya-Sidoarjo menjadi salah satu alternatif transportasi murah dan nyaman.-Praska Bramasta-Harian Disway-

“Dokumennya memang cukup lama. Kita update dulu. Terutama soal seberapa demand dan biayanya, karena beberapa waktu belakangan inflasi naik, BBM juga naik. Itu pengaruh juga,” tambah Ali. 

Ia juga tak memungkiri bahwa Surabaya sangat butuh transportasi massa yang punya jalur khusus. Sehingga bisa memindahkan massa dengan jumlah banyak dalam waktu cepat. Sebetulnya, konsep itu yang menjadi latar belakang pengadaan Suroboyo Bus. Namun, kapasitasnya masih terbatas. 

“Jadi nanti akan kami sinergikan MRT dengan semua transportasi yang sudah ada,” tandasnya. Selain itu, Dinas Perhubungan juga telah menggandeng perusahaan aplikasi jasa transportasi online. Yakni untuk mengadakan angkutan online. Rencananya, bakal disinergikan dengan Suroboyo Bus.

Misalnya, penumpang turun di halte A, maka bisa memesan angkutan itu secara online. Langsung dijemput seperti sistem taksi online. “Tapi, jenisnya angkutan. Sistemnya Go Transit. Kami masih tawarkan, keputusannya menunggu dari aplikator,” terangnya.

Co-Founder Transport for Surabaya (TFS) Aditya C Janottama turut berpendapat. Bahwa perencanaan MRT harus dipertimbangkan secara matang. Sebab, demand atau jumlah penumpang tidak bisa dibangun dalam jangka waktu pendek.

Misalnya, kesuksesan MRT di Jakarta. Butuh setidaknya 15 tahun. Di sana MRT menjadi salah satu transportasi publik karena pola pergerakan penumpangnya sudah terbangun. Sejak pengembangan koridor I Trans Jakarta pada 2004 silam. “Tapi, memang paling ideal ya MRT sih,” katanya.

Aditya juga mengapresiasi dengan rencana pengadaan angkutan online. Ia menyarankan agar sistemnya mengadopsi dari angkutan Jak Lingko yang baru beroperasi di Jakarta. 

Sistem transportasinya terintegrasi baik dengan rute, manajemen, hingga pembayaran. Bahkan melibatkan antar bus dan transportasi yang berbasis rel seperti MRT dan LRT. “Simpel dan nyaman. Pembayarannya tap pakai kartu,” ujar dokter muda yang kini menempuh pendidikan spesialis di Universitas Indonesia itu. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: