Kenangan tentang Maestro Ludruk Surabaya Cak Sapari; Dagelannya Dikangeni Tetangga Kampung

Kenangan tentang Maestro Ludruk Surabaya Cak Sapari; Dagelannya Dikangeni Tetangga Kampung

Cak Sapari almarhum (kiri() bersama Cak Kartolo.--

Wakil Wali Kota Armudji hadir pula di rumah duka sekitar pukul 11 siang. Ia menyampaikan rasa duka cita mendalam atas kepergian maestro ludruk Cak Sapari. Menyusul, Wali Kota Eri Cahyadi. ”Berpulangnya Cak Sapari adalah kehilangan besar bagi kita semua. Utamanya insan seni Kota Surabaya,” ungkapnya.

Seniman Djadi Galajapo, para penggiat ludruk dan seni pertunjukan juga sempat bercerita tentang kenangannya bersama pelayat lain yang di antaranya ada sejumlah musisi Surabaya. ”Beliau guru saya dalam melawak yang baik,” kata Djadi.
Jenazah Cak Sapari setelah disalatkan siap diberangkatkan untuk dimakamkan. Tampak pelawak Djadi Galajapo yang turut mengiringi keberangkatan jenazah.

Dalam kesempatan itu Kartolo mengungkap banyak kenangan tentang teman ngludruknya itu. Meskipun ia tengah sedih karena kini hampir semua member asli Kartolo Cs telah berpulang. Tinggal ia dan Kastini saja. 

”Lucunya Cak Sapari itu saya masih ingat banget,” katanya. Dituturkannya, ada kisah sehabis pentas di Banyuwangi. ”Awal ’80an kalau tidak salah,” ujar Kartolo, sembari sesekali menghela napas.

”Dadi pas lewat Layang Kumitir, akeh wong dodol kewan-kewan. Lha Sapari moro-moro njaluk mudun,” lanjutnya. Ia mengatakan bahwa ketika melewati Layang Kumitir dan menjumpai pedagang-pedagang satwa hutan, Sapari tiba-tiba minta berhenti dan turun dari mobil.

Apa yang dilakukan? ”Sapari tuku bedes siji. Lha bedese iku nang njero kerangkeng. Mlebu mobil, kerangkenge didekek nang sebelahe Basman. Areke lungguh mburi,” ujarnya. 

Ketika itu Sapari membeli seekor kera dalam kerangkeng. Lalu ia meletakkannya di sebelah Basman, salah satu anggota Kartolo Cs. Setelah itu Sapari berpindah tempat duduk bagian belakang.
Kartolo (berpeci), terisak saat pemakaman Cak Sapari, kawannya dalam meludruk bersama grup Kartolo Cs.

Melihat hal itu, Basman merespons kelakuan Sapari itu dengan diam. Namun lantas ia bergumam karena menggerutu. ”Basman kan wedi karo bedes. Dadi wonge meneng ae. Tapi akhire ngomong; kurang ajar koen Ri titenono koen yo,” papar Kartolo, lalu tertawa. 

Dasar Basman takut dengan kera. Makanya ia hanya diam saja sembari memaki Sapari dengan lirih: kamu kurang ajar, Ri. Awas nanti ya. ”Jadi sepanjang perjalanan pulang dari Banyuwangi hingga Surabaya, kera itu jadi kawan sebangku Basman di bagian tengah,” ungkap Kartolo sambil terus tertawa di tengah suasana duka.

Menurut Cak Kartolo, masih banyak kenangan-kenangan manis yang abadi tentang laki-laki yang meninggal dunia karena penyakit gula yang dideritanya itu. Ia tak menyangka karena baru saja ia bertemu. ”Tiga hari lalu sebelum meninggal, saya sempat menjenguknya. Kondisinya lemah. Hanya bisa melihat. Tanpa bicara,” ujar Kartolo, masih dengan wajah sedih. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: