Michael Santoso dan Caroline Gunawangsa Siap Terjun ke Pemilihan Koci Nasional

Michael Santoso dan Caroline Gunawangsa Siap Terjun ke Pemilihan Koci Nasional

MUDA-MUDI BERBAKAT, Cici Caroline Gunawangsa dan Michael Santoso sudah punya banyak bekal untuk berlaga di pemilihan Koci Nasional 2022. -Dokumen Pribadi-

SURABAYA, Harian Disway - Mata Michael Santoso terpaku pada layar smartphone-nya. Jari-jemarinya lincah men-scroll Instagram. Kadang pindah dari media sosial ke laman website. Di situ, perhatiannya lebih tercurah lagi. Konten artikel maupun video dipelajarinya dengan saksama.

Michael bukan sedang main Instagram. Ia sedang bersiap mengikuti grand final pemilihan Koci Nasional 2022. Konten media sosial dan website yang sering ia pantengi membahas budaya Tionghoa, pariwisata, dan pengetahuan umum. Dan itu ia lakukan tiap ada waktu luang.  

Michael senang bercampur deg-degan. Akhir pekan ini, Sabtu, 5 November 2022, Michael dan wakil Jatim yang lain berangkat ke Jakarta. Untuk menjalani karantina dan persiapan grand final. Materi-materi yang dibahas dalam Koci Nasional memiliki kesamaan dengan Koci Jatim. Hanya saja, lingkupnya lebih luas.

’’Misalnya, pariwisata. Kami sebagai kontestan tentu harus memahami potensi-potensi wisata nasional Indonesia, bukan hanya Jawa Timur saja,’’ jelas Michael. ’’Setidaknya, kita harus mampu memberikan informasi pada masyarakat tentang berbagai wisata tanah air,’’ imbuhnya.

Tak hanya dari buku. Ia mengamati materi-materi tersebut di berbagai media sosial. Seperti ragam podcast bersama tokoh-tokoh penggiat pariwisata maupun budaya Tionghoa. Serta aktivitas para influencer di tempat wisata tertentu. ’’Saya banyak menimba pengetahuan dari podcast. Termasuk memahami budaya Tionghoa, berikut konteks dan filosofinya, serta tentu pengetahuan tentang kepariwisataan,’’ ujar mahasiswa Desain Komunikasi Visual, UK Petra itu.


ORKESTRASI dan musikalisasi puisi menjadi andalan Michael Santoso dalam sesi unjuk bakat Koci Nasional 2022. -Instagram Michael Santoso-

Tahu dan mengerti tentang destinasi wisata dan budaya Tionghoa saja tak cukup. Michael ingin berkontribusi. Caranya adalah dengan turut mempromosikan, ikut menyumbangkan saran dan ide agar tempat wisata atau budaya Tionghoa dapat tetap eksis dan lestari. Sebagai bagian dari kebhinekaan bangsa.

’’Minimal sumbangsih pemikiran. Tak berhenti hanya pada saat mengikuti ajang Koci saja. Setelah dari Koci, kami para kontestan ini adalah duta bagi pariwisata maupun nasional,’’ ujar pria 19 tahun itu.

Di sisi lain, Caroline Gunawangsa merasa bahwa pengalaman dia selama mengikuti pemilihan Koci Jatim 2021 lalu sangat berharga. Itu saja sudah bisa jadi bekal tersendiri. Olin, sapaan gadis 18 tahun itu, kemudian mengenang masa-masa berjuang menjadi Koci Jatim.

’’Saya kali pertama tahu kabar tentang Koci Jatim saat membaca Harian Disway. Itu udah tahun 2020. Sayang, waktu itu saya terlambat. Jadi enggak sempat mendaftar,’’ kenang dia. Tahun lalu, dia aktif mencari informasi soal Koci sejak pertengahan tahun. Sehingga, tidak terlambat lagi. Waktu pendaftaran dibuka, Olin langsung gercep mengumpulkan persyaratan.

’’Saya sedari kecil memang punya ketertarikan dengan budaya Tionghoa,’’ ucap Olin.

Wawasan tentang budaya Tionghoa sebagian besar didapat Olin dari sang nenek. Namun, saat mengikuti pemilihan Koci Jatim 2021, materi yang dia dapatkan tak melulu seputar budaya Tionghoa saja. Dia mendapatkan berbagai pengetahuan lain. Seperti pariwisata, pembentukan karakter, hingga etika. ’’Ajang Koci ternyata di luar bayangan saya. Sangat berbobot. Manfaatnya luar biasa besar bagi saya,’’ tutur Olin.


BANGGA, Caroline Gunawangsa menari diringi lagu Madura Tanduk Majeng untuk sesi talent show Koci Nasional 2022. -Instagram Caroline Gunawangsa-

Beberapa pelajaran berharga yang dia dapat, antara lain, soal time management, public speaking, sosialisasi dengan masyarakat umum, serta bagaimana cara menghadapi tamu penting. Misalnya pejabat atau tokoh masyarakat.

’’Ibaratnya, ajang Koci membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik,’’ kata Olin. ’’Dulu, saya sedikit introver. Tapi sejak jadi finalis dan menerima pembekalan-pembekalan, saya berubah. Lebih bisa bergaul dengan siapa saja," tutur dia.

Pengalaman itu membuat Olin percaya diri terjun ke pemilihan Koci Nasional 2022. Apalagi dia kini sedang menggali seputar budaya Tionghoa yang unik. Misalnya, budaya di suatu daerah di Jawa Timur yang mengalami akulturasi. Sehingga menjadi bentuk budaya khas baru dari daerah tersebut. ’’Saya banyak membaca buku serta berdiskusi dengan nenek,’’ jelas Olin.

Olin menangkap, sebagian besar orang hanya memahami budaya Tionghoa yang umum. Seperti Imlek, Festival Bulan Purnama, Cap Go Meh, dan lain-lain. Padahal, masih banyak keragaman budaya lain yang perlu digali.

Berbeda dengan kontestan lain, Olin tak perlu pergi ke Jakarta. Sebab, dia kini telah berkuliah di Binus University, Jakarta. Mengambil jurusan Chinese Literature. ’’Jurusannya sudah sesuai. Tinggal mengasah lagi dan lagi,’’ ucap dia.

Dalam sesi talent show pemilihan Koci Jatim 2021, Olin memukau pengunjung ketika membawakan tarian Tiongkok Send Me to the Moon. Pun saat ini dia sedang mempersiapkan berbagai pementasan yang akan dibawakannya dalam ajang Koci Nasional. Pementasan apa itu? Masih rahasia. Jadi kejutan buat grand final nanti. (*)

Sumber: