Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (11-Habis): Drama Kepulangan

Catatan Perjalanan ke Tiongkok saat Pandemi (11-Habis):  Drama Kepulangan

Suasana penerbangan dari Fuzhou, Tiongkok ke Jakarta. Penumpang sudah tidak diwajibkan memakai masker. -Foto: Novi Basuki-Harian Disway-

Akhirnya dicoba pakai HP-nya Mr Wang. Bisa. Tapi giliran pengisian nomor paspor, ngeyel lagi. Sistemnya menampilkan pop-up bertuliskan “Nomor tidak sesuai dengan jenis kartu identitas yang dipilih.” Tentu dalam bahasa Mandarin.

Kami periksa satu-satu nomornya. Berulang-ulang. Sama sekali tak ada yang salah.

Ngaco bener ini sistem.

Mr Wang ganti pakai sistem yang berbahasa Inggris. Tetap saja nongol info yang tadi. 

Parah.

Saya lapor satpam yang berjaga. Masih saja sama. Ia angkat tangan seraya geleng-geleng kepala.

Di tengah kecemasan kami, Mr Wang menemukan cara. Pada kolom jenis kartu identitas, ia ganti pilihannya dari “paspor” ke “kartu identitas lain”. Lalu ia ketikkan nomor paspor Pak Yusuf. 

Puji Tuhan, berhasil. Pak Yusuf langsung dipersilakan masuk antrean depan. 

Beres. Driver langsung menggeber gas. Mengarahkan mobilnya ke rumah makan untuk dinner. 

Ini malam terakhir. Bos perikanan ternama di Taizhou yang sejak kemarin meeting dengan kami, ingin menggelar makan besar. Supaya besok pagi hingga siang, kami punya amunisi untuk melihat-lihat kapal pengangkutan ikannya. Pengusaha memang sebaiknya membicarakan bisnisnya dengan makan-makan, bukan jotos-jotosan.

Sayangnya, kalau sudah gembira, manusia memang acap lupa. Padahal, jauh-jauh hari sudah diperingatkan oleh Lao Tzu. Dalam bab 58 kitabnya, Tao Te Ching (道德经), founder Taoisme itu mengingatkan, “Bencana adalah sandaran keberuntungan, di balik keberuntungan ada bencana” (祸兮福之所倚, 福兮祸之所伏 huò xī fú zhī suǒ yǐ, fú xī huò zhī suǒ fú).

Karena malam itu ada deal bagus, kami jadi tidak kepikiran swab yang bermasalah tadi. Dikiranya sudah aman terkendali. Padahal belum. Sialnya, kami baru mengetahuinya keesokan harinya.

Siang itu, sekembalinya dari melihat kapal pengangkut ikan, Mr Wang yang khusyuk scroll-scroll HP tiba-tiba nyeletuk, “Kok hasil swab kalian belum keluar, ya?”

Kami panik. Tapi berhasil menenangkan diri setelah berasumsi “karena kemarin banyak yang melakukan swab, mungkin hasil swab kami baru akan keluar sore nanti.”

Kami lanjut ngobrol sana-sini di kantor pengusaha perikanan Taizhou itu. Membahas rencana-rencana aksi yang akan dieksekusi sepulangnya ke Indonesia. Kami disuguhi kopi Gayo di sana. Katanya dibawakan temannya.

Sumber: