Series Jejak Naga Utara Jawa (8): Pahlawan yang Dihapus dari Sejarah
Makam Tan Sinko alias Babah Singseh, panglima perang Lasem yang sangat sederhana di tengah areal persawahan di Desa Dorokandang, Lasem.-FOTO: YULIAN IBRA-HARIAN DISWAY-
Sebelum abad ke-17, di Lasem sudah kedatangan imigran Tionghoa. Namun, mereka tidak terdampak langsung oleh peristiwa pembantaian etnis Tionghoa yang terjadi di Batavia. Yang disebut dengan Geger Pecinan itu. Masyarakat Lasem masih hidup tenteram dan damai di bawah pimpinan Adipati Oei Ing Kiat yang juga beretnis Tionghoa.
MONUMEN Perlawanan Rakyat Lasem di Kelenteng Cu An Kiong.-FOTO: YULIAN IBRA-HARIAN DISWAY-
Setahun setelah Geger Pecinan, datanglah ribuan pelarian dari Batavia. Dipimpin oleh Souw Phan Ciang atau Khe Panjang. Mereka bergandeng tangan dengan masyarakat Rembang dan Lasem untuk mengobarkan perlawanan terhadap VOC. Sudah pasti, Tan Sin Ko sebagai panglima perang Mangkunegara 1 berada di garis depan untuk menghadapi serdadu.
’’Mereka melawan di sepanjang pesisir utara Jawa Tengah. Ya di Lasem, Rembang, sampai ke Demak, Grobogan, Kudus, dan Pati,’’ jelas Pop. ’’Babah Singseh menggerakkan tiga elemen masyarakat lokal. Yakni golongan suku Jawa, Tionghoa, dan kalangan santri. Bersama Oei Ing Kiat, Tan Kee Wi, Kyai Ali Badawi, dan Raden Panji Margono,’’ paparnya.
Malang buat Tan Sin Ko. Karena kalah jumlah pasukan dan persenjataan, ia kalah. Ia ditangkap, dan kepalanya dipenggal. Lalu dimakamkan di Desa Dorokandang itu. Jauh dari permukiman penduduk.
Ada berbagai versi cerita tentang pemenggalan kepala Tan Sin Ko. Ada yang mengatakan, yang mengeksekusi sang panglima adalah seorang pria Jawa bernama Slamet. Kepalanya lantas diserahkan kepada panglima operasi kumpeni, Kaptein N. Steinmetz, di Semarang. Ada pula yang bilang bahwa kepala Tan Sin Ko dibawa oleh seorang budak asal Bali. Dan tidak diketahui rimbanya.
Apa pun itu, yang jelas taktik Belanda untuk menghapus peran Tan Sin Ko dari sejarah Lasem sukses total. Sebelum makamnya ditemukan, tak banyak yang tahu bahwa ia adalah pahlawan. Bahkan, jika kita membuka laman Perang Kuning di Wikipedia, nama Tan Sin Ko tak ada dalam daftar tokoh dan pemimpin yang terlibat.
Di kolom itu ada nama Singseh. Namun, penjelasannya sangat minim. Jauh berbeda dengan yang diceritakan Pop. Bahkan di situ, ia disebut diasingkan ke Sri Lanka. Bukan mati dipenggal Belanda. Maka, jangan heran kalau nama Tan Sin Ko tak ditemukan di buku-buku sejarah. Terlebih yang dipelajari anak-anak sekolah. (*)
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, dan Tira Mada
SERI BERIKUTNYA: Tionghoa-Jawa Harus Dipecah-belah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: