Series Jejak Naga Utara Jawa (29) : Kamar Mandi Modern Bikin Nyaman

Series Jejak Naga Utara Jawa (29) : Kamar Mandi Modern Bikin Nyaman

RUDY HARTONO (kiri), pemilik Rumah Merah Heritage Lasem, menjelaskan furnitur dan tata ruang di hotelnya. Tampak tiga patung dewa Fu Lu Shou yang langsung menyambut tamu. Dua pintu di sebelah kanan adalah kamar-kamar.-TIRA MADA-HARIAN DISWAY-

Yang nyata adalah kekunoannya. Yang bikin seram adalah imajinasi kami. Itu sejatinya yang terjadi di Rumah Merah Lasem, tempat ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa, 17-18 Januari 2023.
 
SELASA malam, 17 Januari 2023, kami tidak menjumpai seorang pun yang menginap di Rumah Merah. Benar-benar hanya kami berempat.

Maka, malam pun terasa makin nglangut. Sepi sekali. Terlebih hotel yang kami tinggali itu terletak di gang. Tentu tidak ada lalu lalang kendaraan di depannya. Apalagi, ini Lasem. Kecamatan di Kabupaten Rembang yang malamnya tidak seramai kota-kota besar lain.

Sambil bekerja di teras Rumah Merah, kami mengamati detail-detail bagian depan bangunan tersebut.

Gaya arsitekturnya adalah perpaduan Eropa (Hindia Belanda) dan Tiongkok. Ada empat pilar yang menyangga atap teras tersebut. Dua di antaranya adalah pilar tembok yang gendut, tinggi, dan putih. Dua lagi adalah pilar kayu jati yang kurus dengan hiasan besi berbentuk sulur-suluran di atasnya.

Sebagaimana rumah-rumah zaman dulu, teras itu simetris. Ada tiga pintu di teras tersebut. Tetapi, dua di kanan-kirinya lebih menyerupai jendela. Walaupun ukurannya sebesar pintu.
 

Sepasang lampu bergaya lentera Tiongkok kuno menggantung. Memendarkan cahaya redup yang menjadi pemanis atmosfer teras. Pemanis yang—bisa jadi—menimbulkan kesan mistis.

Ya, malam itu kami masih bermain-main dengan imajinasi. Bayangkan, menginap di bangunan tua berusia seabad lebih.

Bagaimana jika nanti muncul…

Bagaimana jika di depan kaca rias yang kuno itu tiba-tiba duduk sesuatu yang…

Dan kami tidak hanya bermain dengan bayangan. Permainan itu benar-benar kami bikin nyata. Misalnya ketika Yulian Ibra tiba-tiba menghambur ke teras. ’’Tadi pintu kamarku tiba-tiba terbuka sendiri,’’ ucapnya.

Kami tertawa. Ibra, pun hanya merengut saat tahu menjadi korban keisengan salah satu dari kami.
 
WAJAH DEPAN hotel yang terletak di sisi paling timur Rumah Merah Heritage Lasem. Di bangunan itulah tim ekspedisi Jejak Naga Utara Jawa tinggal selama dua hari.-Doan Widhiandono-Harian Disway-

Walau ada rasa gamang, sedikit banyak kami mencoba membesarkan hati. Toh, Rumah Merah sudah sangat beken.

Beberapa pejabat sempat datang atau menginap di hotel tersebut. Foto-foto mereka ada di potret yang terpajang di dinding depan kamar. Di antara mereka ada founder Harian Disway Dahlan Iskan dan Mari Elka Pangestu (mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif).

Dan tidak pernah ada berita mereka ditakut-takuti demit.

Tapi, mereka kan pejabat. Siapa tahu demitnya yang takut…

Bisa jadi, imajinasi ’’liar’’ tersebut karena nuansa masa silam yang melekat di sekujur Rumah Merah. Berbeda dengan hotel lain yang cenderung berlantai mengilap dan licin, lantai bangunan itu kasar. Lantai terakota. Mulai teras hingga kamar.

Seluruh pintu, jendela, bahkan perabot di dalam kamar pun terasa lawas. Kayu-kayunya memang mengilap. Bekas politur yang rapi. Tetapi, tampak betul bahwa itu kayu asli sejak rumah tersebut berdiri.

Satu-satunya yang terlihat modern adalah kamar mandinya. Dindingnya granit putih dengan motif menyerupai marmer. Tempatnya bersih, terang, dengan amenity komplet. Seperti hotel berbintang empat atau lima. Tiap kamar disediakan empat handuk. Dua besar, dua kecil. Handuk putih itu juga berhias bordir merah. Tulisannya, Rumah Merah Heritage Lasem.

Rasanya, hanya kamar mandi itu yang tidak menimbulkan suasana seram. Tetapi, kami kan tidak mungkin tidur di dalam toilet.
 

KAMAR MANDI modern yang ada di dalam Rumah Merah Heritage Lasem. Fasilitasnya komplet.-TIRA MADA-HARIAN DISWAY-

Malam itu, apa pun yang ada di dalam benak, kami harus beristirahat. Hari sudah berganti saat kami beranjak dari teras tersebut. Kami melangkah melewati pintu tengah yang tinggi tersebut. Ada tulisan beraksara mandarin di atas ambang. Bunyinya: zhong jing (忠精). Artinya, setia.

Altar tiga dewa Fu Lu Shou menyambut kami. Simbol kemakmuran, kebahagiaan, dan umur panjang.

Di depan altar itu kami berpisah. Ke kanan dan ke kiri. Ke kamar bertulisan Nanning dan Zhengzhou.

Dan ternyata, kami tidak harus memenuhi ’’ancaman’’ Retna Christa, satu-satunya cewek di tim ekspedisi ini. ’’Kalau ternyata medeni (menakutkan, Red), malam kedua kita pindah hotel,’’ katanya sebelum memasuki Lasem.
 
Esoknya, saat matahari muncul, eksotika Rumah Merah pun menyeruak. Bikin kami makin kesengsem… (*)
 
*) Tim Harian Disway: Doan Widhiandono, Retna Christa, Yulian Ibra, Tira Mada
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: