Nilai Ekspor Tiongkok Naik untuk Kali Pertama dalam Enam Bulan
KAPAL BARANG Xin Lian Yun Gang dari perusahaan Cosco Shipping Cooperation, Tiongkok, membongkar muatan di Terminal Barang Tollerort, Pelabuhan Hamburg, Jerman, pada Oktober 2022.-AXEL HEIMKEN-AFP-
BEIJING, HARIAN DISWAY – Pemulihan ekonomi Tiongkok mulai tampak. Nilai ekspor negara itu melonjak 14,8 persen. Itulah capaian positif pertama sejak September 2022. Data itu dirilis oleh Badan Bea Cukai Tiongkok, Kamis, 13 April 2023. Mereka berharap tren positif itu akan bertahan lama, menciptakan rebound setelah tekanan ekonomi yang berat karena pembatasan ketat di masa pandemi.
Beijing memang begitu lama mempertahankan jurus pengendalian Covid-19. Mereka menjadi negara yang paling ketat soal pandemi. Caranya adalah lockdown dan karantina panjang. Dampaknya, angka penularan turun. Begitu juga performa ekonomi.
Pada Desember 2022, Tiongkok akhirnya mencabut berbagai pembatasan soal Covid-19 itu. Angka penularan di seluruh negeri pun melonjak pesat. Meskipun tingkat kematiannya rendah. Bisnis kembali terpukul selama beberapa pekan. Tetapi mereka pulih dengan cepat.
Menurut Agence France-Presse, laporan bea cukai itu berbanding terbalik dengan analisis Bloomberg News. Yakni, nilai ekspor Tiongkok turun 7,1 persen.
BURUH PABRIK pengolahan daging ayam di Suqian, Provinsi Jiangsu, sudah bekerja dengan kapasitas penuh, 11 April 2023. Tahun lalu, banyak pabrik yang menutup aktivitas produksi.-AGENCE FRANCE-PRESSE-
’’Kenaikan tajam itu adalah sebuah kejutan yang positif,’’ kata Zhiwei Zhang, presiden dan kepala ekonom di Pinpoint Asset Management. Ia memperkirakan bahwa rebound itu terjadi karena patokan dasar pengucurannya yang terlalu rendah. Sebab, tahun lalu banyak pabrik di Tiongkok yang tutup. Aktivitas perdagangan di pelabuhan pun tutup.
"Faktor lain di balik pertumbuhan ekspor yang kuat mungkin karena masih adanya persediaan barang. Juga ini momen siklus pemesanan para eksportir," kata Zhang dalam email kepada AFP.
Zhang mengakui bahwa cadangan barang di pabrik bisa jadi habis. Sebab, mereka sudah begitu lama menekan produksi. ’’Maka, ini saatnya pabrik-pabrik itu beroperasi dengan kapasitas penuh untuk memenuhi pesanan yang sudah menumpuk dari masa lalu,’’ kata Zhang.
Sementara itu, impor pada Maret justru mengalami kontraksi 1,4 persen. Angka ini cukup aman menilik nilai impor pada Januari dan Februari.
Secara umum, perekonomian Tiongkok hanya tumbuh tiga persen pada 2022. Itu adalah pertumbuhan paling lambat yang dialami Negeri Panda itu sejak beberapa dekade silam. Dan tahun ini, mereka memasang target realistik. Yakni, pertumbuhan lima persen.
Di sisi lain, perdagangan Tiongkok dengan AS turun 17,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Begitu juga dengan Eropa yang drop 10 persen. Namun, perdagangan dengan Rusia justru naik 25,9 persen. (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: