Berbagai Gangguan Pelancong Bromo Pada Upacara Yadya Kasada

Berbagai Gangguan Pelancong Bromo Pada Upacara Yadya Kasada

Para pembawa jaring yang menangkapi seserahan Suku Tengger demi keuntungan pribadi.-Ranau Alejandro-

PASURUAN, HARIAN DISWAY – Beberapa hari sebelum digelar Yadnya Kasada pada 5 Juni 2023, tersebar poster di media sosial dan berbagai grup whatsapp. Bahwa upacara itu tak dibuka untuk umum.

Nyatanya, sejak tanggal 4 Juni 2023 atau sehari sebelum puncak Kasada, pengunjung membludak. Pasar malam didirikan. Lantunan doa dari Pura Luhur Poten Gunung Bromo beradu dengan suara keramaian, disko dari sound system, deru kendaraan dengan knalpot brong dan berbagai suara bising lainnya.

Terkait poster itu, Romo Dukun Pandita Puja Pramana, pemimpin peribadatan Suku Tengger dari Desa Ngadiwono, Pasuruan, hanya tersenyum menanggapinya. Ia tak memberi tahu tentang pembuat poster itu. Mungkin, poster itu dibuat oleh mereka yang peduli terhadap kesakralan upacara Yadnya Kasada.

BACA JUGA:Dilaporkan Hilang, Jasad Angelina Ditemukan di Dalam Koper

BACA JUGA:Profil Putri Ariani, Gadis Sarat Prestasi yang Dapat Golden Buzzer di America’s Got Talent

“Dengan situasi seperti ini yang telah berlangsung dari tahun ke tahun, kami...,” ujarnya. Sebelum melanjutkan, ia menghela napas. “Kalau disebut terganggu sih tidak. Tapi, unsur sakralnya berkurang,” ungkapnya.

Wajar, karena selain bunyi riuh sepanjang malam hingga sore itu ditambah dengan tumpukan sampah. Pagi saat matahari sudah tinggi, tampak berserakan kemasan-kemasan plastik, bahkan botol-botol minuman keras. Sangat tak enak dipandang.

Belum lagi warga asli Suku Tengger yang harus berdesak-desakan dengan pengunjung lain untuk sampai ke puncak Bromo. Beberapa dari pengunjung itu berhenti untuk berfoto selfie. Sehingga menghalangi arus pendakian ke atas.

BACA JUGA:Kalahkan Ng Ka Long Angus, Anthony Sinisuka Ginting Diprediksi Mulus ke Perempat Final

BACA JUGA:Summeria, Ajang Komunikasi lewat Seni ala Mahasiswa Untag Surabaya

Paling parah, adalah kelompok orang pembawa jaring yang berada di tepi batuan padas. Di bawah mereka adalah kawah Bromo.

Jika orang Tengger melempar sesaji, mereka menangkapnya dengan jaring itu. Tak tanggung-tanggung, para pencari keuntungan itu bisa mendapat hasil bumi, uang, bahkan hewan ternak seperti ayam dan kambing.

Tentu hal itu membuat Suku Tengger kecewa. Karena seserahan yang harusnya dilempar ke kawah Bromo, diambil oleh mereka. Terpaksa, para Suku Tengger harus berjalan jauh, meniti sudut lain yang tak terjangkau oleh para pencari keuntungan itu.

BACA JUGA:Tiket Indonesia vs Argentina Habis, PSSI: Imbangi Konser Musik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: