Penjurian Lapangan Brawijaya Awards (6): Diserang Kantuk, Sampai Mojokerto Dini Hari
Videografer Tim 1 Azka Baihaqi saat melompati tanah gembur di persawahan desa gedeg Mojokerto untuk merekam Babinsa Sertu Ahmad Abduh.-Boy Slamet-
Kami diajak meninjau langsung sawah padi sehat gagasan beliau. Pak Boy dan Azka sibuk memotret dan merekam. Azka harus melompat petak-petak sawah. Di satu titik, saat hendak melompat, ia ragu. Apakah tanah yang akan dipijaknya aman atau tidak. Pak Boy bilang aman. "Yakin, pak?," tanya Azka. "Aman!," seru Pak Boy.
Azka melompat. Ternyata tanah yang dipijaknya adalah tanah basah. Ia terjerembab. Sepatunya masuk ke dalam. Saat naik lagi, kakinya belepotan lumpur. "Duh! Ditipu Pak Boy! Gak onok regone aku (aku tidak ada harganya)," serunya. Kejadian itu membuat kami semua tertawa.
Pun, dari peristiwa itu, si "anak belum sunat" -begitu kami menjulukinya, mendapat julukan tambahan: arek gak onok regane, atau anak yang tidak ada harganya. Tapi justru kejadian itu berhasil mencairkan suasana. Antara kami, babinsa, perwakilan koramil, petani dan dari perwakilan lembaga penyuluhan.
Azka hari itu memang agak sial. Selain terjerembab, hapenya tertinggal di Koramil Gedek. Sehingga terpaksa, salah satu personil mengantarnya pada kami. Bertemu di tengah perjalanan. Maaf jadi nggak enak, ndan. Kami ngrepoti. Prajurit itu membalasnya dengan senyum dan memberi tanda hormat. (*)
*Kembali ke Surabaya, baca besok...
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: