Serba-Vintage di Ulang Tahun Ketiga Harian Disway
BERPAKAIAN PEJUANG, Dahlan Iskan (tengah) menyambut Pangdam V/Brawijaya Farid Makruf bersama Wapemred Harian Disway Doan Widhiandono.-Julian Romadhon-Harian Disway-
SURABAYA, HARIAN DISWAY – Kantor HARIAN DISWAY tampak berbeda pada Selasa, 4 Juli 2023. Dahlan Iskan, sang founder, mengenakan pakaian pejuang era 50an, lengkap dengan ikat pinggang dan tas kulit. Para karyawan memakai kemeja dan celana ber-suspender, serta bowler hat. Yang perempuan mengenakan dress model lawas.
’’Tema ulang tahun ketiga ini memang vintage. Kami sebagai media ingin kembali ke spirit awal jurnalisme yang jadul (jaman dulu, Red),’’ kata Doan Widhiandono, wakil pimpinan redaksi Harian Disway. ’’Spiritnya saja yang jadul, ya. Jadi, walaupun media berganti lebih digital, spirit akurasi, verifikasi, kepercayaan publik, itu masih sama sejak jurnalisme lahir dulu,’’ paparnya.
BACA JUGA: Open House Tjap Go Meh Harian Disway; Hangatnya Pertemuan Disway Family
BACA JUGA: Open House Tjap Go Meh Harian Disway, Pesan Kebersamaan nan Harmonis
Konsep itu kemudian diterjemahkan menjadi acara bertema jadul. Segala-galanya dibuat jadul. Cocok dengan gedung kantor Harian Disway di Jalan Walikota Mustajab 76 yang merupakan bangunan lama. Tampilannya saja sudah oldies. Tinggal didandani dengan elemen-elemen jadul.
Ruang redaksi media era 50an dihadirkan di kantor tersebut. Ada mesin ketik, recorder, radio, dan beragam barang antik lainnya dari era lampau. Sebuah gramofon berwarna perunggu menghiasi ruang meeting. Semua dipinjam dari Studio Animoto.
’’Sebenarnya kalau visualnya lebih ke Surabaya heritage. Memang inspirasinya dari bentuk kantor yang sudah kolonial sekali,’’ jelas Yulian Ibra, project manager ulang tahun Harian Disway ketiga. ’’Jadi cukup ditambahkan pernik-pernik saja. Dress code-nya mengikuti konsep,’’ lanjut pria 22 tahun tersebut.
BACA JUGA: Open House Tjap Go Meh Harian Disway, Sepiring Lontong Simbol Asimilasi
Selain dekorasi dan dress-code, makanan yang disajikan juga khas Surabaya. Yakni, tahu campur. Sedangkan camilannya adalah jajan pasar yang menghadirkan nuansa nostalgia. Sebagai pencuci mulut, ada minuman herbal dari Jamoe Iboe yang segar.
PARA TAMU ulang tahun Harian Disway menikmati tahu campur sebagai makanan khas Surabaya.-Julian Romadhon-Harian Disway-
Agar para tamu makin cinta Surabaya, panitia juga menyediakan bus wisata. Dengan bus milik Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya itu, tamu bisa mengelilingi tempat-tempat bersejarah di Kota Pahlawan. Mulai dari Balai Kota, Jalan Bubutan, Jalan Tunjungan, Siola, Museum Pendikan, Makam dr Soetomo, sampai Tugu Pahlawan.
Selama sejam, mereka tur dipandu oleh Rafif Rikziawan, mahasiswa Universitas Airlangga jurusan sejarah. Dibagi menjadi tiga keberangkatan, cukup banyak tamu yang memanfaatkan fasilitas tersebut.
Tamu-tamu merasa happy dengan pesta berkonsep vintage yang diusung Harian Disway. Mereka mengagumi dekorasi, mengudap tahu campur dan jajan, menikmati hiburan musik dan senam Dahlan Iskan. Dan yang paling penting, bisa bertemu dan saling ngobrol dengan relasi, narasumber, maupun klien.
’’Kalau menurut saya pribadi konsep vintage-nya masuk, ya. Karena, yang pertama, bangunannya sendiri merupakan bangunan lama. Lalu, didukung beberapa properti yang memang bener-bener masih asli,’’ jelas Reang Kajeng Jati, anggota Komunitas Begandring Surabaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: