Perubahan Iklim Picu Banyak Bencana, Krisis Pangan Diprediksi Terjadi Tahun 2050

Perubahan Iklim Picu Banyak Bencana, Krisis Pangan Diprediksi Terjadi Tahun 2050

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati -Bmkg.go.id-Website

JAKARTA, HARIAN DISWAY - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyatakan bahwa perubahan iklim turut menyumbang pada meningkatnya kejadian bencana

Oleh karena itu, Dwikorita menekankan pentingnya aksi mitigasi dan adaptasi dalam menghadapi perubahan iklim. 

dalam acara forum Blended Training of Trainers on Climate Field School for Colombo Plan Member Countries di Jakarta, Senin 10 Juli 2023. 

BACA JUGA:Statistik Bencana Indonesia hingga 10 Juli 2023: 166 Jiwa Meninggal, Nyaris 3 Juta Orang Mengungsi

Menurut Dwikorita, saat ini fenomena perubahan iklim semakin mengkhawatirkan serta memicu dampak yang lebih luas hingga skala global. 

Hal itu terlihat dari berbagai peristiwa alam terkait iklim, dari suhu udara yang lebih panas, terganggunya siklus hidrologi, hingga maraknya bencana hidrometeorologi di berbagai belahan dunia.

BACA JUGA:Indonesia Rawan Bencana, Kenali Tahapan Penanganan Bencana

“Perubahan iklim ini juga mengancam ketahanan pangan seluruh negara. Organisasi pangan dunia FAO bahkan memprediksi tahun 2050 mendatang, dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim, sebagai konsekuensi dari menurunnya hasil panen dan gagal panen,” ujar Dwikorita. 

Mantan Rektor Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini mengungkapkan, aksi Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim perlu dilakukan dengan menekankan di 3 aspek yaitu ekonomi, sosial, dan ekosistem atau bentang alam. “Langkah-langkah strategis harus dilakukan guna mencegah risiko yang lebih fatal,” tambah dia.  

BACA JUGA:Sudah Terjadi 1.888 Kali Sepanjang 2023, Berikut Penyebab Indonesia Rawan Bencana Alam

Dwikorita memaparkan, seluruh negara di dunia saat ini mengalami dampak perubahan iklim dengan tingkat yang berbeda-beda, seperti cuaca ekstrem, bencana alam, penurunan keanekaragaman hayati, krisis air, dan lain sebagainya. 

Karenanya, perlu tindakan konkret seluruh negara untuk menekan laju perubahan iklim ini.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: