Nestapa Warga Beijing yang Diterjang Banjir, Kini Hidup Tanpa Listrik dan Air
DESA PORAK-PORANDA di tepian Beijing ini masih belum normal, Kamis, 3 Agustus 2023.-JADE GAO-AFP-
Banjir sudah hilang. Yang tersisa hanyalah lumpur, lingkungan porak-poranda, dan nestapa
DI tepian Sungai Yongding di sebelah barat Beijing, Kamis, 3 Agustus 2023, Chen Xiaoyuan menatap sisa-sisa jembatan yang dulunya menghubungkan ke desanya.
Pembersihan dimulai setelah curah hujan terburuk dalam beberapa tahun melanda kawasan utara Tiongkok. Bencana itu menewaskan setidaknya dua puluh orang, menghancurkan infrastruktur, dan membanjiri sebagian besar wilayah Beijing beserta daerah sekitarnya.
Di desa Chenjiazhuang, di sebelah barat Beijing, air bah merobek pohon-pohon dan mengempaskan puing-puing ke jembatan pada Senin, 31 Juli 2023. Sampai roboh jembatan itu."Semua warga di desa kami biasa menggunakan jembatan ini setiap hari," kata Chen, 50, kepada Agence France-Presse.
BACA JUGA : Banjir Besar Tiongkok, Nyaris Sejuta Warga Beijing dan Heibei Dievakuasi
BACA JUGA : Xi Jinping Serukan Penanganan Banjir di Tiongkok, Ribuan Orang Dievakuasi
BACA JUGA : Hujan Paling Lebat dalam 140 Tahun Terakhir, Tiongkok Kebanjiran
"Saya belum pernah melihat sesuatu seperti ini di sini, bahkan pada 2012," lanjutnya. Kala itu, ada hujan deras yang menewaskan 79 orang.
Chen beruntung karena rumahnya berada di lokasi yang cukup tinggi. Sehingga tidak terkena dampak langsung banjir yang deras.
Namun, tak semua orang seberuntung itu. Chen mengatakan bahwa salah seorang temannya hilang. Diduga terseret banjir.
Lebih ke hulu, jurnalis AFP menemukan desa Shuiyuzui yang porak-poranda. Di pintu masuk desa, kabel listrik yang roboh ditopang oleh kayu. Sehingga, petugas tetap bisa mengirim air dan makanan bagi penduduk yang terisolasi.
Membawa barang sambil mengungsi, warga berjalan melewati lumpur. Yang tingginya sampai sepinggang.
Sekitar 100 meter di atas desa, tanah longsor menimbun dua jalur kereta api.
Berdiri di atas tumpukan puing di atas jalur kereta api yang terletak di antara dua terowongan, seorang petugas mengatakan bahwa minggu lalu kereta masih dapat melintas dengan lancar.
"Semuanya roboh di sini," kata seorang wanita setempat yang bernama Ma. Perempuan 43 tahun itu harus mengungsi. "Saya baru datang hari ini untuk mengambil barang-barang saya," ucap Ma. "Tidak ada lagi di rumah kami. Tidak ada listrik, tidak ada air," keluhnya. (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: