Karnaval Desa Wage; Bejana Kebinekaan di Jalanan Desa
Gus Muhdlor memberangkatkan Karnaval Desa Wage, Minggu, 27 Agustus 2023.-Humas Pemkab Sidoarjo-
Desa Wage, Sidoarjo, menggelar karnaval dalam rangka HUT ke-78 Republik Indonesia. Sebanyak 17 RW ikut serta. Menyuguhkan penampilan terbaik. Membawa spirit nasionalisme dan keberagaman. Benar-benar mewujud sebagai bejana (wadah) kebinekaan di republik ini.
TERIK matahari seperti memanggang. Angin yang terasa hangat justru membuat gerah. Tetapi, suasana itu tidak menyurutkan niat ratusan peserta Karnaval Desa Wage, Minggu, 27 Agustus 2023.
Sebelum matahari sampai di puncak kepala, mereka sudah berkumpul di kawasan perumahan Grand Royal Regency. Menjelang tengah hari, bagian depan perumahan itu sudah terasa warna-warni.
Sebanyak 17 mobil hias sudah berbaris di dua gang perumahan tersebut. Memamerkan kreasi 17 RW yang turut serta dalam karnaval tersebut. Bentuknya unik. Kreatif.
Sebut saja mobil milik perumahan Aspol Wage yang berbentuk seperti mobil Barakuda milik Polri. Atau warga Gang Anggrek yang bentuknya mirip lebah. Kuning-hitam. Komplet dengan sengatnya.
BACA JUGA : Angkat Batik Suroboyo di Karnaval Tunjungan
BACA JUGA : Makanan Olahan UMKM Sidoarjo Tembus Pasar Arab Saudi dan Malaysia
Mobil-mobil lain tentu tak mau kalah. Ada yang berbentuk seperti candi bentar khas Jawa Timur. Atau menyerupai Kakbah di Makkah.
Ada juga yang membuat mobil gede berbahan kardus dan karung plastik. Isinya adalah dua sepeda kebo. Artinya, inilah mobil yang jalannya harus di-engkol.
Mobil hias itu adalah salah satu yang ditampilkan masing-masing RW. Di luar itu, penampilan juga tidak kalah heboh. Warga berdandan habis-habisan mengiringi mobil hias mereka.
Gus Muhdlor berinteraksi dengan peserta karnaval yang berdandan ala tuyul, Minggu, 27 Agustus 2023.-Humas Pemkab Sidoarjo-
Salah satu RW kompak menampilkan tradisi Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka mengenakan beragam kain tenun khas dari provinsi tersebut. Ada yang membawa sasando, alat musik dari daun lontar dan bambu yang banyak dijumpai di wilayah Rote Ndao tersebut. Ada pula yang membangun replika rumah adat Timor yang berbentuk seperti separo lingkaran. Rumah ini dinaikkan pada motor Honda C70 yang klasik.
Kostum-kostum khas karnaval juga menyeruak. Mulai pakaian adat Nusantara, superhero, atau demit-demit seperti pocong, kuntilanak, genderuwo, hingga leak. Sesekali tokoh-tokoh film juga muncul. Sebut saja, Zorro, Naruto, hingga Grim Reaper si pencabut nyawa.
Kemeriahan itu sangat diapresiasi oleh Bupati Sidoarjo Ahmad Muhdlor Ali. Ya, Gus Muhdlor, sapaannya, membuka karnaval dan memberangkatkan peserta tersebut. Ia merasa gembira melihat antusiasme warga yang mengikuti karnaval. Juga ribuan pasang mata yang sudah bersiap menonton pawai itu di jalanan Desa Wage.
Gus Muhdlor disambut warga ketika baru tiba di Grand Royal Regency, Minggu, 27 Agustus 2023.-Humas Pemkab Sidoarjo-
''Titip, nanti kalau di jalan usahakan share the road. Berbagi jalan. Hormati pengendara yang lain, jangan bertindak seenaknya sendiri. Sekali lagi, ini membawa nama baik seluruh desa wage,'' pesan Gus Muhdlor kepada para peserta.
Di depan khalayak itu, KPU Sidoarjo juga turut mengampanyekan tentang pemilu 2024. Utamanya agar warga mau mengikuti pesta demokrasi itu. Mau datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) dan menggunakan hak pilihnya.
Karena itu, berbagai spanduk menggelitik juga muncul. Misalnya, Nyoblos nang TPS ora termasuk maksiat (Mencoblos di TPS bukan perbuatan maksiat, Red). Kalau begitu, memang ada nyoblos yang maksiat...? Hehe..
Atau, Sing nyoblos karo sing dicoblos podo penake (Yang mencoblos dan yang dicoblos sama-sama enak, Red). Tentu, ini merujuk pada penggunaan hak suara dan para calon legislatif/eksekutif yang namanya dipilih. Sama-sama enak, bukan...?
Gus Muhdlor di tengah-tengah pesan menggelitik tentang pemilu.-Humas Pemkab Sidoarjo-
Menurut Gus Muhdlor, ajang seperti ini adalah momentum untuk warga agar saling mengenal. Beradu kreativitas tetapi tetap menjaga kekompakan dan persaudaraan. ''Semoga seluruh warga Desa Wage rukun selalu. Guyub selalu,'' ucap Gus Muhdlor sebelum melepas karnaval tersebut.
Akhirnya, sekitar pukul 13.30, arak-arakan panjang itu dimulai. Dari titik start, karnaval bergerak ke utara lalu ke timur hingga akhirnya mengitari Pasar Desa Wage. Dari situ, rombongan terus ke barat hingga titik finish di Lapangan Dewata.
Sepanjang perjalanan, antusiasme warga juga terasa. Mereka bertepuk tangan, memotret, atau bahkan berinteraksi dengan rombongan karnaval yang atraktif.
Tim RW 13 yang mengusung tema ketahanan pangan.-Heldy Sandro untuk Harian Disway-
Sebut saja RW 13 yang mengusung tema Ketahanan Pangan. Tema ini tampak pada mobil hias yang cukup bersahaja. Hanya mobil pikap bak terbuka yang disulap menjadi gubuk yang berisi berbagai sayuran. Rombongan ini juga membawa para perempuan yang berdandan ala petani. Lengkap dengan caping, kebaya, dan bakul berisi sayuran.
Kelompok ini juga membawa musik patrol yang sepenuhnya berasal dari warga. Di sepanjang jalan, mereka memainkan lagu populer. Misalnya, Ikan dalam Kolam, Wis Oke Wae, Bojo Loro, dan Hari Merdeka. Sesekali, mereka juga menyelipkan reffrain lagu lain seperti Nemen, hingga jingle minuman susu yang biasa dijual keliling.
Berdandan petani, warga RW 13 ini membawa bakul berisi sayuran. Pas dengan tema ketahanan pangan yang mereka usung.-Heldy Sandro untuk Harian Disway-
Di tengah-tengah rombongan RW 13 ini ada sosok lelaki sepuh yang didandani hingga mirip penunggang kura-kura raksasa. Ada pula Naruto yang sesekali mengeluarkan gerak-gerak jurus. Plus Spider-Man yang aksinya sangat atraktif. Seperti mengeluarkan jaring, pose di tengah jalan, memanjat pagar, hingga berfoto bersama anak-anak kecil.
RW 13 ini akhinya dinobatkan sebagai juara peringkat ketiga. Mereka ada di bawah RW 10 yang menjadi peringkat pertama dan RW 8 yang jadi runner-up. Lalu berturut-turut di peringkat keempat dan kelima adalah RW 7 dan 9.
Ketua RW 13 Sajat (kiri) berfoto bersama warganya sebelum karnaval.-Heldy Sandro untuk Harian Disway-
RW 13 adalah peserta paling ujung. Ada di ekor rombongan karnaval. Mereka memasuki Lapangan Dewata saat matahari sudah mulai tergelincir ke barat.
Di lapangan desa tersebut, ratusan peserta karnaval sudah banyak yang melepas atribut dan duduk-duduk di rerumputan. Terasa lelah. Tetapi tetap gembira. Sembari menjaga antusiasme untuk tampil lebih heboh lagi dalam karnaval tahun depan... (Doan Widhiandono)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: