Pemotor Lawan Arah di Jalan Lenteng Agung, Jakarta, Sudah 36 Tahun

Pemotor Lawan Arah  di Jalan Lenteng Agung, Jakarta, Sudah 36 Tahun

PEMOTOR lawan arah sudah 36 tahun.- Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-

Tak bisa dilawan, pemotor pelawan arah di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Meski tujuh pemotor pelawan arah ditabrak truk, Selasa, 22 Agustus 2023, tetap ada ratusan pemotor pelawan arah di sana tiap hari. Akhirnya, ketua RW setempat mengusulkan contraflow.

CONTRAFLOW, secara harfiah, berarti melawan arus. Dalam konteks lalu lintas jalan raya, itu berarti sistem pengaturan lalu lintas, mengubah arah laju kendaraan yang berlawanan dari arah normal. 

Pelaksanaannya, Jalan Lenteng Agung (lama) yang kini satu arah dari utara ke selatan pada jam-jam tertentu dijadikan dua arah. Teknisnya, setiap hari dijaga polisi atau diberi road barrier warna oranye.

Maksudnya, sekalian saja pemotor pelawan arus disahkan dengan contraflow. Mengurangi risiko kecelakaan.

BACA JUGA:Pemotor Lawan Arah di Lenteng Agung

Itu diusulkan empat RW di sana. Yakni, RW 7, 8, 9, dan 10. Usulan sudah dikirim ke Suku Dinas Perhubungan, Jakarta Selatan.

Ketua RW 8, Kelurahan Lenteng Agung, Taufik Iman Santoso kepada wartawan Sabtu, 2 September 2023, mengatakan seperti ini.

”Kita di forum RW Kelurahan Lenteng Agung, sebenarnya wacana ini udah lama. Karena kita melihat perkembangan situasi kendaraan, khususnya roda dua yang lawan arah itu, sudah lama terjadi. Terutama di jam-jam sibuk pagi. Kita prihatin.”

Lokasi pemotor biasa melawan arah tidak di sepanjang Jalan Lenteng Agung. Tetapi, sejak dari pertigaan Jalan Gardu sampai di depan Halte Wijaya Kusuma (lokasi tujuh pemotor pelawan arah ditabrak truk). Sepanjang sekitar 2 kilometer.

Jalan itu berada di wilayah empat RW tersebut. Dan, para ketua RW sudah sepakat mengusulkan contraflow ke sudin perhubungan.

Mengapa ratusan pemotor setiap hari membandel, melawan arah? 

Taufik: ”Di lokasi ini ada 16 sekolah. Dari TK sampai universitas (Universitas Pancasila dan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik/IISIP Jakarta). Jadi, para orang tua mengantarkan anak-anak, mereka enggak mau ambil jalan muter. Maunya motong, lawan arah.”

Kalau dari 16 tempat pendidikan itu, katakanlah, masing-masing 20 ortu mengantar anak naik motor melawan arah, ada sekitar 320 pemotor pelawan arah setiap pagi (jam sibuk).

Ratusan pemotor lawan arah itu kemudian diikuti (ditiru) para karyawan yang berangkat kerja. Juga, masyarakat umum. Maka, per hari ada sekitar 700 pemotor yang melawan arah di situ.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: