Soal Capres dan Kepala Daerah Paling Jawa di Tanah Jawa
Ilustrasi kepala daerah paling Jawa di tanah Jawa.-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
BACA JUGA:Dugaan Korupsi Menkominfo, Pemanasan Politik Jelang Pilpres
Karena itulah, bagi saya, pilpres kali ini kurang menarik. Justru yang asyik adalah mempertanyakan siapakah kepala daerah di Jawa saat ini yang paling Jawa? Ternyata bukan di Yogyakarta atau Surakarta yang memang dikenal sebagai pusat kebudayaan Jawa. Melainkan, di Jawa Timur. Tepatnya di Magetan.
Bupati yang ternyata juga lulusan UGM. Namanya Suprawoto. Ia sarjana jurusan pemerintahan –kini Departemen Politik Pemerintahan (DPP) Fisipol UGM. Bupati yang awal bulan ini juga habis masa jabatan periode pertamanya.
Menarik karena ia tergolong bupati yang unik. Seorang kepala daerah yang sangat Jawa. Bahkan, satu-satunya kepala daerah yang masih piawai dan rajin menulis artikel maupun esai berbahasa Jawa. Sampai sekarang.
BACA JUGA:90 Tahun Panjebar Semangat
Malah, kebiasaannya menulis dalam bahasa Jawa itu sempat menorehkan penghargaan dari rekor Muri (Museum Rekor Dunia-Indonesia). Ia dianggap satu-satunya kepala daerah yang masih rutin menulis di media massa dengan dua bahasa. Indonesia dan Jawa.
Menjelang akhir masa jabatannya, ia menulis buku sebagai laporan pertanggungjawaban kepada rakyat. Buku itu berjudul Antuk Amanah Bupati Magetan. Buku setebal 175 halaman itu ditulis sendiri di sela-sela kerjanya.
”Rikolo ana wektu kanggo nulis, sithik mboko sithik aku nyoba nulis. Kadang olehku nulis ono mobil, sepur, hotel. Kang mesthi kang paling okeh ya ngepasi ana omah. Kadhang olehku nulis nganti jam 02.00 parak esuk. Embuh yen wis asring nulis, wektu lumaku tanpo rinasa,” tulisnya.
Ia bilang menulis setiap ada waktu. Terkadang saat berada di mobil, KA, dan hotel. Namun, yang paling banyak ia menulis saat di rumah. Bahkan, saat di rumah, ia bisa menulis sampai dini hari, pukul 02.00. Kalau sudah menulis, ia mengaku tak terasa.
Buku itu berisi cerita bagaimana ia menjadi bupati. Juga, apa saja yang telah dilakukannya selama mengemban bupati yang berada di lereng Gunung Lawu tersebut. ”Ini saya tulis sebagai laporan pertanggungjawaban saya kepada warga,” ungkapnya.
Suprawoto beruntung. Setelah berkarier sebagai ASN sampai puncak –terakhir sebagai dirjen dan sekjen di Kementerian Kominfo– ia diminta menjadi bupati Magetan. Sebelum menjadi orang pusat, ia menjadi kepala Dinas Kominfo Jatim.
Namun, jabatan itu juga garis tangan. Ada yang karena garis tangannya bisa menjabat sesuatu dengan amanah. Ada juga yang punya garis tangan, tapi tidak amanah. Kalau bukan takdirnya, berjuang sekeras apa pun tak akan terpegang.
Rupanya takdir menjadi bupati sudah menjadi garisnya Suprawoto. Setelah pensiun dan menjalani hobinya sebagai pengajar, ia ”dipaksa” para tokoh Magetan untuk menjadi kepala daerah. Dianggap sebagai orang yang punya visi dan bisa memajukan Magetan.
Datangnya ”garis tangan” itu juga tak terduga. Bermula dari reuni alumni SMAN Magetan yang kini menjadi SMAN 1 Magetan. Kebetulan banyak alumnus SMA itu yang menjadi orang besar di Jakarta. Salah satunya Ketua KPK (saat itu) Agus Rahardjo.
Suprawoto yang tadinya menolak tak bisa mengelak. Ia menjadi salah seorang bupati yang tak perlu mengeluarkan modal besar. Bahkan, soal partai pengusung sudah diurus para tokoh besar Magetan di Jakarta. Ibaratnya, tinggal ngglundung semprong. Modal badan dan kemauan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: