Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa PhD: ”Jadikan Ranking sebagai Outcome, Bukan Output”

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa PhD: ”Jadikan Ranking sebagai Outcome, Bukan Output”

Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa PhD menyampaikan pemaparan dari perspektif hubungan Indonesia-Singapura dalam konteks pendidikan. -Igak-

HARIAN DISWAY - Dalam "International Conference on Academia-Community Engagement (InACE)” akhir Agustus lalu di Hotel Pullman Kuala Lumpur Malaysia, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Singapura IGAK Satrya Wibawa PhD menyampaikan pemaparan dari perspektif hubungan Indonesia-Singapura dalam konteks pendidikan. 

Menurutnya kompetisi akademik global seringkali dipersempit parameternya hanya pada capaian rangking. ”Ranking adalah salah satu parameter. Bukan satu-satunya, ”ujar Satrya, salah seorang panelis dalam diskusi panel yang bertajuk ”Navigating Globalisation: Insights from Policy and Innovation” yang merupakan rangkaian dari konferensi.

Sebagai parameter, ranking dapat dipergunakan sebagai cara untuk merefleksikan program dan arah program universitas. ”Karena itu jadikan ranking sebagai outcome, bukan output. Sehingga program universitas bersifat lebih holistik dan komprehensif,” tegasnya.
Para panelis dalam diskusi panel yang bertajuk ”Navigating Globalisation: Insights from Policy and Innovation” yang merupakan rangkaian dari konferensi. -Igak-

Ia memberikan contoh dalam konteks Singapura. Selama pandemik, semua kebijakan yang diambil pemerintah Singapura berdasarkan kajian-kajian akademis yang dilakukan oleh para akademisi di kampus-kampus Singapura.

Universitas-universitas di Singapura memberikan dana riset berlimpah bukan karena ingin meraih ranking. Tapi karena hasil riset itu dapat diaplikasikan oleh industri dan dijadikan pijakan untuk mengambil kebijakan oleh pemerintah.

Besaran dana riset itulah yang kemudian diperhatikan oleh lembaga pemberi ranking sebagai salah satu keberhasilan. 

Sejak 2020 pemerintah Singapura melalui badan riset nasionalnya menyediakan dana riset lebih dari 250 triliun rupiah dengan kontribusi terbesar dari sektor swasta.

Pada konteks ini peran A-STAR, sebuah lembaga yang berada di bawah koordinasi kementerian perdagangan Singapura, menjadi penting karena lembaga ini yang menjembatani dunia akademik dengan dunia industri dan sektor swasta.

BACA JUGA: Penguatan Kerja Sama Riset dan Ekonomi Digital Indonesia-Singapura melalui Jejaring NTU Singapura

Kampus di Singapura juga memiliki target dan arah kebijakan yang jelas. Seperti misalnya mulai tahun ini, Indonesia menjadi salah satu mitra prioritas sehingga banyak beasiswa, program pertukaran mahasiswa dan akademisi serta riset diarahkan untuk memiliki partner strategis dari Indonesia. 

“Pemerintah dan kampus di Singapura ingin mahasiswanya mengetahui dan memahami negara tetangga terdekat yang memiliki hubungan strategis sangat kuat, yaitu Indonesia,” jelas Satrya. 

Pertukaran mahasiswa inilah yang kemudian difasilitasi dan dikoordinasikan oleh Kemdikbudristek dengan harapan pemahaman masyarakat kedua negara akan lebih dekat. Sehingga, imbas positifnya adalah poin jumlah mahasiswa internasional bertambah dan diperhitungkan oleh lembaga pemberi ranking.

Satrya menambahkan bahwa hanya dengan Singapura, pemerintah Indonesia memiliki tradisi pertemuan rutin dua kepala pemerintahan setiap tahun berupa Leader’s Retreat yang dilaksanakan secara bergantian untuk membahas isu dan kerja sama dua negara. 
IGAK Satrya Wibawa PhD menerima penghargaan usai tampil dalam konferensi yang menampilkan beragam hasil penelitian dan kegiatan pengabdian masyarakat dari para akademisi di Malaysia dan Indonesia. -Igak-

Termasuk program konsorsium universitas di Indonesia dan Singapura serta kerja sama pertukaran mahasiswa magang antar kedua negara yang akan dilaksanakan tahun 2024 lahir dari leader’s retreat tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: