Tiga Aspek Kajian Antropologi dalam Kasus Andini yang Tewas di Tangan Ronald
Dini Sera Afrianti (28) alias Andini dinilai meninggal akibat penganiayaan secara berlebihan oleh Gregorius Ronald Tannur (31) di Surabaya. Dari rekonstruksi, pelaku patut diduga berkehendak menghabisi nyawa korban. -Julian Romadhon/HARIAN DISWAY-
SURABAYA, HARIAN DISWAY - Kasus tewasnya Dini Sera Afrianti alias Andini akibat penganiayaan yang diduga dilakukan oleh Gregorius Ronald Tannur atau Ronald, bisa terjadi dan dilakukan siapa saja. Dan bisa saja dicegah.
Menurut Drs.Pudjio Santoso, M.Sosio., biasanya kekerasan terhadap pasangan terjadi karena ada problem hubungan yang dianggap dapat merugikan pihak laki-laki. Jika permasalahan itu berlarut-larut.
“Seperti kasus Ronald. Mestinya si Ronald tahu siapa perempuan yang menjadi kekasihnya itu. Bagaimana latar belakang dan karakternya,” kata pria yang menjabat sebagai Ketua Departemen Antropologi Unair, kepada Harian Disway, Rabu, 18 September 2023.
BACA JUGA: Rekonstruksi Penganiayaan Dini Sera Arfrianti, Terungkap Kesadisan Ronald Tannur
Tapi, lanjut Pudjio, semua kembali kepada pola pengasuhan dalam keluarga. “Bagaimana dalam menyelesaikan konflik. Apakah dengan cara yang damai ataukah harus dengan kekerasan? tandasnya.
Sementara untuk pihak perempuan, harus mampu menjaga relasi “sehat” dengan pasangannya. Tidak boleh ada eksploitasi dan subordinasi terhadap dirinya. Kalaupun itu terlihat, maka harus dihindari.
“Jika sudah ada sinyal tersebut, harus segera diselesaikan. Apakah dengan negosiasi dan tetap berhubungan, atau memutuskan untuk berhenti,” ujar Pudjio.
Pudjio menuturkan, jika relasi yang tidak sehat tetap berjalan, kemungkinan besar akan bermasalah dikemudian hari.
Sebelumnya Pudjio juga menerangkan, meskipun sebuah kejahatan telah dilakukan oleh Ronald, tapi ia layak mendapatkan hukuman yang adil. Artinya, pelaku juga harus mendapatkan keadilan.
Kata Pudjio, dalam menilai dan merespons kedua kasus tersebut, sistem peradilan pidana dan lembaga terkait harus memiliki pemahaman akan faktor-faktor keluarga yang mungkin sangat berpengaruh terhadap pelaku dalam melakukan tindak kejahatannya.
BACA JUGA: Ronald Tannur pun Menangis saat Rekonstruksi Dini Sera Afrianti
“Selain itu, dukungan dan pendekatan rehabilitasi juga dapat menjadi bagian penting dari proses hukum untuk membantu pelaku dan keluarganya mengatasi masalah tersebut,” terangnya.
Harapannya, kelak setelah yang bersangkutan bebas, benar-benar tidak melakukan perbuatan serupa.
Selain itu dosen tetap di Departemen Antropologi FISIP UNAIR ini juga menjabarkan bahwa ada tiga aspek yang perlu diperhatikan dalam kasus tersebut.
Lingkungan Keluarga
Pola pengasuhan serta lingkungan keluarga memainkan peran penting dalam perkembangan kepribadian dan perilaku seseorang.
BACA JUGA: Ada Tiga Aspek dalam Keluarga yang Bisa Picu Kasus Ronald Tannur
“Bagaimana seorang anak tumbuh dewasa, norma-norma keluarga seperti apa yang diterapkan dengan anggota keluarga lainnya, dapat mempengaruhi cara dia berinteraksi dengan pasangan atau temannya,” kata Pudjio kepada Harian Disway, Rabu, 18 Oktober 2023.
Riwayat Keluarga
Kata Pudji, aspek riwayat keluarga juga penting untuk diperhatikan. Karena mencakup kekerasan, konflik, atau masalah mental.
“Pengalaman masa kecil dan interaksinya dalam keluarga, bisa mempengaruhi cara seseorang menangani konflik dalam hubungan ketika dewasa,” terang pria yang menjabat Ketua Departemen Antropologi Unair ini.
Pola Pengasuhan
Nilai-nilai dan etika yang diajarkan dalam keluarga juga dapat membentuk pandangan seseorang tentang hubungan, konflik, dan penyelesaian masalah.
BACA JUGA: Kasus Ronald Mirip Mario, Antropolog UNAIR: Pendekatan Rehabilitasi Penting dalam Proses Hukum
Ketika seorang itu tumbuh dalam keluarga yang mempromosikan komunikasi yang sehat, maka si anak tersebut pasti lebih cenderung menerapkan pendekatan yang damai dalam hubungannya dengan teman atau pasangannya.
Pudjio menegaskan bahwa pola pengasuhan dalam keluarga bisa jadi salah. Orang tua sibuk dalam mengejar jabatan dan kekayaan, sehingga mengabaikan kedekatan emosi dengan anak-anaknya.
“Bisa jadi itu yang memicu perilaku kejam anaknya,” tegas dosen mata kuliah perkotaan dan pembangunan itu. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: