Tiga Hari Road Trip, Prodi Destinasi Pariwisita Unair ke Banyuwangi Sambang 3 Desa

Tiga Hari Road Trip, Prodi Destinasi Pariwisita Unair ke Banyuwangi Sambang 3 Desa

Pengarahan Pokdarwis Desa Wiringinputih tentang seputar peran mangrove bagi kelangsungan habitat di lokasi penanaman. -Yuniawan Heru-

HARIAN DISWAY - Healing sambil belajar? Bisa banget! Itulah yang dilakukan 77 mahasiswa Prodi Destinasi Pariwisata, Fakultas Vokasi, Universitas Airlangga (Unair). Selama tiga hari mereka road trip ke Banyuwangi

Perjalanan para mahasiswa pada 27-29 Oktober kali ini tak lain adalah praktik kuliah lapangan (PKL) untuk enam mata kuliah praktikum. Yakni, Akomodasi Pariwisata, Manajemen Pariwisata Cagar Budaya, Manajemen Pariwisata Bahari, Pariwisata Berbasis Masyarakat, MSDM, dan Pariwisata Digital.

”Guna mengawal keenam mata kuliah tersebut, mereka didampingi tiga dosen pembimbing lapangan (DPL). Yaitu Dr. Nuruddin, S.S., M.A., Dr. Bambang Suharto, M.M.Par., CHE., dan Dr. Yuniawan Heru Santoso, S.E., S.Sos., M.Si," kata koordinator prodi Dr. Nuruddin, S.S., M.A.

Bertajuk road trip, PKL itu pun bisa dijalankan dengan suasana riang gembira layaknya berekreasi. ”Bukan berarti kebanyakan jalan-jalan atau jadi hura-hura ya. Justru dengan label road trip, para mahasiswa mengemban load yang tinggi tapi bisa sambil healing," tegas Nuruddin.

BACA JUGA: Gelar Pelantikan dan Pengambilan Sumpah Profesi Sarjana Terapan dan Ahli Madya Kesehatan, Dekan Vokasi UNAIR Harapkan Lulusan Siap Kerja

Tapi tak pelak, road trip itu berjalan dengan sukacita. Apalagi, sejak tiba di Banyuwangi, mahasiswa langsung bermalam bersama warga Osing di Desa Kemiren, desa pertama. Bahkan Ketua Desa Adat Osing Kemiren Suhaimi, langsung menyambut.

”Tinggal di rumah warga Osing jadi pengalaman menyenangkan. Sambutan emak dan apak, panggilan khas bapak dan ibu dalam bahasa Osing sangat hangat. Mereka menyilakan mahasiswa untuk makan dan bersih diri di rumah mereka,” terang Nuruddin. 

Malam hari itu juga, agenda road trip pertama dilalui dengan mengikuti ritual tumpeng sewu. Dipimpin Ketua Adat Osing Desa Kemiren sendiri. Digelar di pelataran rumah adat Sukosari, mahasiswa menikmati menu andalan yang disajikan yakni pecel pithik.
Mengikuti ritual tumpeng sewu di pelataran rumah adat Sukosari. Menikmati menu pecel pithik. -Yuniawan Heru-

“Makanan khas itu berupa ayam kampung yang dibakar, lalu disuwir bersama racikan bumbu kemiri dan parutan kelapa. Untuk menambah citra rasa, air kelapa lalu dituangkan di atas paduan ayam suwir,” papar Heru, panggilan karib Yuniawan.

Dijelaskannya, tumpeng sewu merupakan warisan budaya tak benda dari Desa Kemiren. Biasanya digelar setiap bulan Zulhijjah. ”Kami beruntung bisa merasakan atmosfirnya, setelah sempat dilarang untuk digelar saat pandemi kemarin," ujar Heru.

Ditambahkan Suhaimi, ritual itu memang telah dimodifikasi. Karena itu, tumpeng sewu memungkinkan digelar kapan saja. Guna menyambut para tamu. "Secara umum ini bentuk syukur kami kepada Tuhan. Kita berharap agar tetap diberi berkah kesehatan dan kesuburan," tandasnya. 

Usai disuguhi tari-tarian, mahasiswa beramah tamah lebih dekat dengan beberapa warga untuk dapat menggali informasi. Sembari menikmati kopi dan tape ketan, mereka menyusun catatan lapangan. 

Di malam yang sama, para DPL menggiring mahasiswa dalam sesi diskusi di area Kedaton Wetan. Setiap kelompok memaparkan laporan hasil wawancara dan observasi.
Di Dusun Kabatmantren, penanaman mangrove dilakukan para mahasiswa bersama Pokdarwis Desa Wringinputih. -Yuniawan Heru-

Esok paginya, Sabtu, 28 Oktober 2023, sebelum matahari meninggi para mahasiswa menuju lokasi konservasi mangrove dan cemara. Tepatnya di Dusun Kabatmantren, di desa kedua. Di sana, mereka beraksi sosial bersama Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Banyuwangi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: