TEDx Unair Hadirkan Bayu Skak dan Asisi Suhariyanto, Bicara Soal Passion dan Pride
Asisi Suhariyanto dan Bayu Skak tampil dalam TEDx Universitas Airlangga. Bayu Skak dalam Tedx Universitas Airlangga, yang digelar di Marvell City Mall, 25 November 2023.-Guruh DN-
Kedua, ilmu ilmu teknik sipil. "Pembuat candi harus mengetahui tentang ketahanan bumi, tekanan angin, agar candi yang dibangunnya kokoh," ungkapnya.
Ketiga, ilmu geologi. Melalui pemahaman akan ilmu tersebut, dapat diperkirakan, misalnya kondisi tanah, batuan, dan kadar air. "Jika Anda mengamati, candi sebagai tempat pemujaan selalu dekat dengan sungai. Jadi tentu harus tahu kadar airnya," katanya.
Keempat, ilmu matematika. Pembangun candi harus menghitung kerapatan batuan sebagai konstruksi candi. Sebab, candi dibangun tanpa semen dan paku. Batu-batu berjajar hanya diberi pengunci. Tapi justru teknik sederhana itu membuat konstruksi bangunan sangat kokoh.
BACA JUGA: Tiga Hari Road Trip, Prodi Destinasi Pariwisita Unair ke Banyuwangi Sambang 3 Desa
BACA JUGA: Unair Dampingi UMKM Desa Air Bekik Lombok Utara
Lantas kelima, ilmu metalurgi. Yakni ilmu yang mempelajari sifat-sifat kimia dari logam dan cara memanfaatkan logam untuk kegunaan sehari-hari. Ilmu itu penting untuk mengetahui, misalnya, kandungan mineral dalam tanah yang jadi tempat dibangunnya candi.
Asisi Suhariyanto dan Bayu Skak tampil dalam TEDx Universitas Airlangga. Dalam paparannya, Asisi ingin memadukan Axis Mundi dulu dan kini. -Guruh DN-
Asisi membandingkan antara Axis Mundi masa lalu, dan masa kini yang terkait dengan pasca-revolusi industri. "Dulu, terkait dengan spiritualitas. Falsafah candi sebagai miniatur alam semesta. Refleksinya dalam tubuh manusia. Ada buana alit dan buana agung. Kini, orientasinya seputar materialisme, atau kepentingan ekonomis," ujar pria 45 tahun itu.
Dulu, tatanan ilmu pengetahuan dan teknologi para leluhur selalu selaras dengan alam. Tak ada penggundulan atau pembakaran hutan demi membangun sebuah candi. Istilahnya, mereka selalu mencoba selaras dengan alam. "Berbeda dengan sekarang. Semuanya diciptakan untuk tujuan ekonomi," ungkapnya.
BACA JUGA: Ketika Unair Dampingi Wisata Geotermal di Pacitan
BACA JUGA: Musikalisasi Puisi Ramaikan Pestra FIB Unair
Maka, ia menawarkan konsep gabungan Axis Mundi masa lalu dan masa kini. Ia menunjuk sebuah konsep yang tergambar pada relief yang hampir ada di seluruh candi periode Hindu-Buddha. Yakni pohon Kalpataru.
"Pohon Kalpataru adalah pohon anugerah para dewa. Di bawahnya ada harta benda. Merefleksikan ekonomi. Sedangkan ikonologinya adalah pohon, gambaran alam," ungkapnya.
Pendek kata, dengan penggabungan dua Axis Mundi tersebut, para pembuat teknologi harusnya bisa membuat produk berdasar nilai ekonomis, tapi juga punya kebijaksanaan untuk menghormati alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: