Akulturasi dalam Selembar Batik di Pesisir Pantai Utara Jawa
AKULTURASI dalam selembar batik di pesisir Pantai Utara Jawa. Foto: para pembatik Tiga Negeri bekerja memproduksi batik Lasem yang unik di Lasem, Januari 2023. -Doan Widhiandono-Harian Disway-
Batik Indonesia diakui sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO. Ini tak bisa disangkal. Tetapi, dalam sejarah panjangnya, Batik juga semakin kaya oleh pencampuran unsur budaya lain. Termasuk dari Tiongkok.
HARIAN DISWAY - Kegembiraan itu menyeruak di seluruh penjuru negeri pada 2 Oktober 2009. Batik Indonesia masuk dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO. Sejak saat itu, 2 Oktober menjadi Hari Batik Nasional.
Nama batik pun terangkat. Pemakainya tidak lagi diledek sebagai "Pak RT" atau "orang mau kondangan". Batik jadi tren yang bahkan dikenakan anak muda dan cici-cici SCBD.
Dalam laman resminya, UNESCO mengakui bahwa batik punya nilai penting bagi masyarakat Indonesia. Kain itu dipakai oleh bayi yang baru lahir hingga orang yang sudah meninggal. Jadi kain gendongan hingga penutup jenazah.
BACA JUGA: Buku Jamanika Resti Wastra Jawi Wetan Rilis Bareng Pembukaan Batik Fashion Fair 2023
Batik, kata UNESCO, punya makna simbolis melalui desain dan warna, yang menggambarkan kreativitas dan spiritualitas orang Indonesia.
"Batik dibuat oleh para perajin yang tekun menggambar titik dan garis pada selembar kain, menggunakan lilin panas. Lilin itu menghalangi pewarna-dari tumbuhan dan bahan lain-pada kain. Sehingga memungkinkan sang seniman memilih warna motif secara selektif," tulis pernyataan resmi di laman UNESCO.
Kekayaan motif batik Indonesia juga mendapat apresiasi. Pengaruh budayanya beragam. Mulai kaligrafi Arab, bunga-bunga Eropa, burung phoenix ala Tiongkok, bunga sakura Jepang, hingga merak India dan Persia. UNESCO menyatakan, seni membatik berkelindan erat dengan identitas kultural orang Indonesia.
BACA JUGA: Batik Fashion Fair 2023 Surabaya Buka Hingga 19 November
BACA JUGA: Worskhop Batik dalam Mixture Coastal Batik Festive bersama Duta Wastra ALIT
Tetapi, apakah benar batik adalah warisan budaya eksklusif Nusantara? Ternyata tidak. Banyak catatan yang menunjukkan bahwa teknik pewarnaan kain dengan mengisolasi bidang tertentu ada di berbagai kebudayaan.
The Batik Guild, sebuah serikat pencinta batik yang lahir di London, Inggris, pada 1986, menulis bahwa teknik isolasi warna memakai lilin ada di Tiongkok, Jepang, India, Amerika Selatan, hingga Eropa.
Dan bukti adanya kain yang dibatik itu sudah ada sejak dua milenium silam. Di Timur Jauh, Timur Tengah, Asia Tengah, atau India.
Batik Guild juga menyatakan bahwa teknik batik sudah dipakai sejak zaman Dinasti Sui yang memerintah ada 581-618 Masehi. Batik pada kain sutera juga ditemukan di Nara, Jepang, dari abad ke-8. Di Mesir, teknik pewarnaan memakai lilin juga ditemukan pada abad ke-4 Masehi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: