Akulturasi dalam Selembar Batik di Pesisir Pantai Utara Jawa

Akulturasi dalam Selembar Batik di Pesisir Pantai Utara Jawa

AKULTURASI dalam selembar batik di pesisir Pantai Utara Jawa. Foto: para pembatik Tiga Negeri bekerja memproduksi batik Lasem yang unik di Lasem, Januari 2023. -Doan Widhiandono-Harian Disway-

Kain ketiga yang dia tunjukkan memiliki warna dasar blok oranye. Sesosok barongsai merah dan hijau tosca berdiri di atas rangkaian awan megamendung. Di sela-selanya, terdapat motif ikan koi, matahari, dan mahkota bunga.

Ada lagi batik yang menggambarkan taman kelinci kerajaan. Kelinci-kelinci putih dan merah berlarian di atas selembar kain berwarna biru muda.

"Ayah saya punya banyak kain-kain dari Tiongkok. Gambar-gambarnya begini. Itulah yang menginspirasi saya untuk bikin batik dengan motif-motif seperti ini," tutur perempuan kelahiran 16 November 1943 tersebut.

Soal warna, batik-batik Giok memang anti-mainstream. Berbeda dengan batik peranakan lain dari Pekalongan dan Lasem, misalnya.

Dia banyak menggunakan warna primer dan sekunder yang tegas. Namun tidak mencolok. Merahnya kalem. Orange-nya tidak ngejreng. Biru pun dipilih shade yang lembut.

BACA JUGA: Fatma Saifullah Yusuf Kenalkan Keindahan Batik Kota Pasuruan

Sebagian besar koleksi batik yang ada di lemari itu adalah hasil repro. Sebab, batik asli peninggalan produksi orang tua dia sudah rusak. Maka, motif-motifnya dia selamatkan lewat pembuatan ulang. Agar tak hilang ditelan zaman.

Giok lantas mengeluarkan salah satu koleksi dia yang tergolong mahal. Namanya Sawat Gribik. Sangat, sangat, sangat rumit. Dan sangat detail. Memadukan motif-motif geometris, bunga, dan sedikit megamendung. Alhasil, pembuatannya lama.

Selembar kain memakan waktu paling sedikit 13 bulan. Tingkat kesulitan itu membuat Giok berani memasang harga fantastis. Yakni Rp 50 juta.

Satu batik Sawat Gribik tersimpan di lemari rumah Giok. "Ada cacat pada polanya. Saya ndak mau jual," ucap Giok.

Tangan rentanya menelusuri kain sepanjang 2,7 meter itu. Ketemulah pola yang dibilang "cacat" itu. Ternyata hanya berupa setitik noda tinta. Kecil sekali. Tak akan terlihat kalau tidak dipelototi. 

"Ndak, lah. Kalau memang ada yang mau beli, nanti kita buatin lagi. Kamu mau?" Giok bertanya kepada tim Harian Disway. Waduh, harus jual tas Chanel dulu, nih

BACA JUGA: Perwira Penggerak Pertamina Belajar Membatik di Workshop Srikandi Patra Difablepreneur

Abang-Abang Getih Pitik Lasem


AKULTURASI dalam selembar batik di pesisir Pantai Utara Jawa. Foto: Rini Safitri, pemilik Batik Kencana, menunjukkan kekhasan motif batiknya di Lasem, Januari 2023.-Doan Widhiandono-Harian Disway-

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: