Akulturasi dalam Selembar Batik di Pesisir Pantai Utara Jawa

Akulturasi dalam Selembar Batik di Pesisir Pantai Utara Jawa

AKULTURASI dalam selembar batik di pesisir Pantai Utara Jawa. Foto: para pembatik Tiga Negeri bekerja memproduksi batik Lasem yang unik di Lasem, Januari 2023. -Doan Widhiandono-Harian Disway-

Lasem adalah kota batik. Di kota mungil bekas ibu kota Kabupaten Rembang itu, banyak sekali hunian yang sekaligus berfungsi sebagai rumah produksi batik.

Salah satu yang legendaris adalah batik Sekar Kencana. Buatan mendiang Sigit Witjaksono.

Jika disandingkan dengan batik-batik Jawa Tengah pada umumnya, batik produksi Lasem memiliki kekhasan. Ia punya warna spesifik. Yakni getih pitik. Atau darah ayam. Apakah pewarnaannya menggunakan darah ayam?

Bukan begitu. Getih pitik adalah turunan warna merah yang berbeda dengan spektrum merah pada umumnya. Tone-nya sedikit lebih gelap daripada merah darah. Persis darah ayam.

Konon, warna merah yang seperti itu hanya bisa keluar kalau dibuat di Lasem. Ini berhubungan dengan kualitas air di kota tersebut.

"Warna kan dihasilkan dari campuran bahan-bahan kimia. Kalau dicampur dengan air, maka hasil reaksinya akan berbeda-beda. Sesuai kualitas airnya," tutur Baskoro Pop, co-founder komunitas Kesengsem Lasem, yang menemani kami berjalan-jalan di Lasem pada 19 Januari 2023 lalu.

BACA JUGA: Series Jejak Naga Utara Jawa (53) : Setia Membatik Sampai Tua

"Nah, warna merah yang dihasilkan di Lasem itu seperti getih pitik," imbuhnya.

Pengaruh Tionghoa yang sangat kuat dapat kita lihat dalam produk-produk batik Lasem. Sebab, menurut cerita, yang mengajarkan warga Lasem membuat batik juga orang Tionghoa.

Yakni Na Li Ni dan Bi Nang Un. Suami istri awak kapal Laksamana Cheng Ho. Jadi, batik sudah berkembang di kota tersebut mulai awal abad ke-15.

Produksi batik Lasem mencapai masa keemasan ketika perdagangan dimonopoli warga Tionghoa mulai 1860-an. Popularitasnya semakin meroket ketika nyonya-nyonya bangsawan di Lasem ikut terjun mendalami seni batik.

Hingga kini, hampir semua produksi batik Lasem merupakan milik pengusaha Tionghoa. Kebanyakan juga mewarisinya secara turun temurun.

Salah satunya adalah batik Sekar Kencana. Merek itu milik maestro batik Lasem, Sigit Witjaksono. Sigit sudah tiada. Meninggal pada Juni 2021 lalu. Namun, usahanya diteruskan oleh putrinya, Rini Safitri.

Rumah Rini-lah yang kami tuju siang itu. Di bawah matahari Lasem yang ramah, Baskoro membawa kami memasuki jalan Babagan gang IV, Desa Babagan.

BACA JUGA: Rumah Batik Tumbuhkan Kampung Batik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: