Bayi Prematur Sumbang Dua Pertiga Angka Kematian Bayi di Indonesia

Bayi Prematur Sumbang Dua Pertiga Angka Kematian Bayi di Indonesia

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dr. Lovely Daisy menyampaikan materi mengenai perawatan bayi prematur dan BBLR dalam media briefing yang dilaksanakan di RSAB Harapan Kita Jakarta pada 15 Desember 2023. -Kementerian Kesehatan RI-sehatnegeriku.kemkes.go.id

HARIAN DISWAY - Bayi prematur selalu identik dengan Bayi yang memiliki berat badan tubuh lebih kecil dari berat badan Bayi pada umumnya atau yang disebut dengan kecil Masa Kehamilan (KMK).

Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan, bayi bisa dikatakan bayi prematur ketika bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu. 

Ciri-ciri bayi prematur meliputi ukuran tubuhnya yang relatif lebih kecil dan fungsi organ yang belum sempurna sehingga membutuhkan perhatian khusus seperti perawatan intensif.

Mengacu pada Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Indonesia sebesar 6 persen. Selain itu, berdasarkan estimasi World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) prevalensi prematur di Indonesia sekitar 10 persen.

BACA JUGA: Keuntungan dan Cara Penerapan Perawatan Metode Kanguru untuk Bayi Prematur

Akibat dari Berat Badan Lahir Rendah inilah memicu terjadinya stunting di Indonesia. Berdasarkan SSGI 2022, salah satu faktor terjadinya stunting pada bayi usia 0-11 bulan adalah bayi BBLR, prematuritas, dan penyakit infeksi.

Maka dari itu, Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak dr. Lovely Daisy menekankan jika Indonesia ingin mencegah stunting, Indonesia harus lakukan pencegahan kelahiran prematur dan bayi BBLR.

“Kita ingin menurunkan stunting melalui pencegahan bayi lahir prematur. Jadi kalau kita sudah mengobati itu akan butuh waktu lama, biaya mahal dan hasilnya tidak optimal. Jadi yang penting adalah kita harus melakukan pencegahan,” kata dr. Lovely dalam media briefing yang dilaksanakan di RSAB Harapan Kita Jakarta pada 15 Desember 2023.

Dr. Lovely menambahkan bahwa pentingnya dilakukan deteksi dini. deteksi dini ini akan jauh lebih baik jika dilakukan sebelum hamil untuk menghindari ibu hamil dengan berbagai faktor risiko beserta mencegah BBLR dan stunting pada bayi.

BACA JUGA: Ibu Hamil Bisa Cegah Bayi Tertular HIV, Begini Caranya

Menurut dr. Lovely, Pencegahan BBLR dan stunting juga perlu dilakukan melalui intervensi sebelum hamil dan ketika hamil. 

“Intervensi sebelum hamil dilakukan dengan cara skrining anemia dan konsumsi tablet tambah darah. Sedangkan intervensi pada ibu hamil dengan cara melakukan pemeriksaan minimal 6 kali selama hamil, mengonsumsi tablet tambah darah, dan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil KEK (Kurang Energi Kronis),” tutur dr. Lovely.

“Untuk perawatan bayi prematur dan BBLR, yakni pastikan bayi dalam keadaan selalu hangat, pastikan asupan gizi bayi terpenuhi, serta pastikan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi selalu terpantau secara rutin,” lanjut dr. Lovely.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. Rinawati sebagai salah satu narasumber menjelaskan penyebab paling sering bayi lahir prematur adalah kehamilan kembar, infeksi, diabetes, dan preeklampsia (tekanan darah tinggi disertai pembengkakan). 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: sehatnegeriku.kemkes.go.id