Sakura School Simulator, Game 18+ yang Viral di Kalangan Anak-Anak, Apa Saja Dampaknya?
Ilustrasi game Sakura School Simulator. Ada dampak negatifnya bagi anak-anak.-Dok Pribadi-
Game online bisa tersebar cukup luas dan dimainkan tidak sesuai dengan usia. Itu biasanya karena tergiur oleh konten-konten orang lain yang sedang memainkan game tersebut.
Juga, membuat mereka tertarik untuk memainkannya tanpa mencari tahu terlebih dahulu peraturan game tersebut. Misalnya, Sakura School Simulator yang populer karena dapat diunduh dengan gratis dan tidak perlu memiliki perangkat dengan kapasitas yang besar untuk dapat memainkan game itu.
Grafik yang sangat memanjakan mata juga membuat semua kalangan jadi ingin mencoba memainkan game simulasi tersebut. Sakura School Simulator adalah salah satu game dengan jenis simulation.
Pemain game itu kerap kali membuat konten tentang sudut pandang dari karakternya yang bisa melakukan banyak hal. Hal itu juga membuat anak-anak yang bukan target pasar game tersebut jadi ingin memainkannya karena rasa penasaran untuk mencobanya.
Sebab, game itu memang diperuntukkan usia 18 tahun ke atas. Oleh karena itu, memang diperlukan pengawasan dari orang dewasa untuk apa saja yang akan diakses anak-anak di smartphone.
Algoritma game online terkadang memang cukup menyeramkan untuk dikonsumsi anak-anak. Peran orang tua sangat penting untuk selalu mengawasi konten-konten yang akan atau telah dikonsumsi para anak.
Untuk itu, orang tua sendiri juga perlu paham dan mengerti konten-konten mana yang sekiranya tidak baik untuk dikonsumsi dan mana yang edukatif untuk anak. Anak-anak selalu mencoba hal-hal yang membuat mereka penasaran.
Pun, dengan mudahnya meniru segala hal yang menurut mereka menarik. Memang cukup rentan untuk hal-hal yang seharusnya belum boleh untuk mereka ketahui.
Oleh karena itu, selalu beri pengawasan, batasan, dan pengetahuan yang benar dan yang salah untuk anak-anak yang sudah mulai memainkan smartphone. (*)
*) Penulis adalah Eka Wahyu, Aprilia Jumaisyah, Adinda Diana Nadifa, dan Nabila Kartika Nurani
**) Artikel ini ditulis berdasar tugas dari mata kuliah perkembangan teknologi komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas 17 Agustus 1945, dengan dosen pengampu Moh. Dey Prayogo, S.I.Kom., M.I.Kom.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: