Kualitas Udara Surabaya Buruk , Walhi Jatim : Perkuat Transportasi Publik dan Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau

Kualitas Udara Surabaya Buruk , Walhi Jatim : Perkuat Transportasi Publik dan Revitalisasi Ruang Terbuka Hijau

Papan Indeks Kualitas Udara di Jalan Gubeng Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 20 Januari 2024.-Moch Sahirol Layeli-

SURABAYA, HARIAN DISWAY - Surabaya raya termasuk dalam 10 daftar Kota di Indonesia dengan kualitas udara buruk. Udara di Surabaya tidak sehat bagi kelompok sensitif.

Temuan ini berdasarkan hasil kajian penyedia data kualitas udara NAFAS Indonesia sepanjang 2023. Data berhasil dikumpulkan melalui sensor kualitas udara yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

BACA JUGA:Debat Terakhir Cawapres 2024: Jadwal, Tema, hingga Daftar Panelis Debat Cawapres 2024 Kedua

Surabaya menduduki peringkat kesembilan dan disusul Malang Raya pada posisi kesepuluh. Daerah Tangerang Selatan menduduki peringkat pertama kualitas udara terburuk, disusul Bandung dan Tangerang. Sedangkan DKI Jakarta justru masuk urutan ketujuh.

BACA JUGA:Jangan Kaget, Ini 4 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan di Rumah Saat Kualitas Udara Buruk

Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Jawa Timur Wahyu Eka Setyawan mengatakan penyebab kualitas udara di Surabaya buruk disebabkan kendaraan bermotor. Volume terlalu banyak menyebabkan polusi dan efek rumah kaca. 

"Kami menyarankan Surabaya perlu memperkuat transportasi publik. Khan sudah ada Bus Suroboyo, perlu diperluas lagi jangkauannya agar menjadi pilihan utama," ujarnya, Sabtu 20 Januari 2024.

Selain itu, Walhi Jatim juga menyoroti banyaknya gedung tinggi yang memakai pendingin ruangan berskala besar. Akibatnya, memakan banyak ruang termasuk kawasan resapan dan kawasan hijau.

"Perlu juga memikirkan soal menjaga ruang terbuka hijau tersisa untuk dilindungi dan direvitalisasi," ujarnya. 

BACA JUGA:Akibat Polusi Udara, Kasus ISPA Balita Jatim Tembus 45 Ribu

Meski begitu, Eka menilai kualitas udara di Surabaya lebih baik dibandingkan Jakarta. Termasuk apabila dibandingkan dengan wilayah pinggiran lainnya seperti Gresik dan Sidoarjo. Hal itu dikarenakan kawasan industri yang sudah bergeser.

"Kawasan industri yang bergeser ke pinggiran seperti Gresik, Sidoarjo, dan Mojokerto. Didukung juga arah angin yang memang tidak terlalu berdampak pada wilayah Surabaya," ujarnya.

Peningkatan polusi di Surabaya juga terlihat saat musim kemarau. Ini karena adanya efek El Nino yang menyebabkan curah hujan rendah. Maka berakibat Kota Surabaya cenderung kering sepanjang waktu sehingga polusi tampak naik. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: