The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas

The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas

USTAD Muhammad Khoirul Abidin, mutawif muda yang cerdas, diapit Prof Bagong Suyanto dan Prof Rahma Sugihartati.-Dok Pribadi-

Ketika rombongan jamaah umrah dari Universitas Airlangga berkunjung ke Jabal Uhud, misalnya, Ustad Abidin menceritakan apa yang terjadi masa nabi masih hidup di Jabal Uhud. 

BACA JUGA: The Other Side of Umrah (4): Harus Ekstra Sabar Antre Lift

Abidin menceritakan kenapa tentara muslimin kalah dalam perang Jabal Uhud, siapa sahabat nabi yang terbunuh dalam perang, dan apa yang terjadi ketika 70 sahabat nabi kemudian dimakamkan di Jabal Uhud.

Kunjungan rombongan jamaah Universitas Airlangga ke Jabal Uhud dilakukan setelah mengunjungi Masjid Quba dan kebun kurma. Jabal Uhud adalah sebuah wilayah perbukitan yang kering dan tandus. 

Banyak rombongan jamaah dari berbagai negara yang berkunjung ke Jabal Uhud untuk mendoakan syuhada yang wafat dalam perang Jabal Uhud. 

Perang Jabal Uhud adalah perang yang banyak memakan korban kaum muslimin. Bahkan, Nabi Muhammad dalam perang Jabal Uhud juga sempat terluka. 

Gigi gerahamnya tanggal dan dahinya terluka karena tusukan tombak yang mengenai topi pelindung yang dipakai nabi dalam perang. 

Menurut Abidin, salah satu faktor penyebab kekalahan tentara pimpinan Nabi Muhammad dalam perang di Jabal Uhud pada tahun ketiga Hijriah atau sekitar Maret 625 Masehi ialah pengkhianatan Abdullah bin Ubay bersama 300 pengikutnya serta ketidakpatuhan pada pimpinan. 

Sebanyak 50 laskar pemanah yang diperintahkan nabi untuk bertahan di lereng bukit ternyata tidak menuruti perintah. Mereka malah turun dari perbukitan dan akhirnya tentara Quraisy berhasil mengalahkan kaum muslimin. 

Paman kesayangan nabi, Hamzah bin Abdul Muthalib, syahid dalam perang itu.

Perang di Jabal Uhud adalah sebuah pengalaman sekaligus pelajaran yang berharga bagi umat Islam. Seperti kerja kelompok, perang tidak mungkin hanya bergantung pada pimpinan pasukan. 

Sebaik apa pun pemimpin tentu membutuhkan dukungan dari anak buahnya secara konsisten. Ketika ada anak buah yang membelot dan tidak mengikuti perintah pimpinan, bukan tidak mungkin mereka akan mengalami kekalahan yang mematikan.

Menurut Ustad Abidin, di dunia modern seperti sekarang problemnya juga kurang lebih sama. Tidak mungkin kesuksesan dan kemenangan hanya ditentukan oleh good person

Seberapa pun kompeten seorang pimpinan, tetap tidak bisa menutup mata bahwa ia membutuhkan dukungan dan loyalitas anak buahnya. 

Ketika anak buahnya bersikap kontraproduktif dan bahkan berkhianat, jangan kaget jika tidak tercipta kerja tim yang solid –yang itu dapat menyebabkan mereka mengalami kekalahan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: