The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas

The Other Side of Umrah (5): Didampingi Mutawif Muda yang Cerdas

USTAD Muhammad Khoirul Abidin, mutawif muda yang cerdas, diapit Prof Bagong Suyanto dan Prof Rahma Sugihartati.-Dok Pribadi-

 

Gigih

Banyak kisah perjalanan Nabi Muhammad SAW yang bisa menjadi tempat untuk berkaca dan belajar dari peristiwa yang terjadi di zaman nabi. Cara Ustad Abidin menuturkan kisah-kisah perjalanan hidup Nabi Muhammad sangat menarik dan bisa menjadi ilham bagi umat manusia dalam menyikapi hidup.

Dalam perang di Jabal Uhud, menurut Ustad Abidin, salah seorang sahabat nabi yang terbunuh adalah Mush’ab bin Umair. Mush’ab yang ditugasi nabi membawa panji Islam mati syahid karena dibunuh kaum Quraisy. 

Sebelum benar-benar meninggal, Mush’ab dikabarkan sangat gigih mempertahankan panji Islam yang menjadi tanggung jawabnya. Meski tangan kanannya ditebas dan tak bisa memegang panji Islam, Mush’ab kemudian memegangnya dengan tangan kiri. 

Bahkan, setelah tangan kirinya terluka, ia masih berusaha mempertahankan tegaknya bendera dengan cara menggigit di mulutnya. Mush’ab benar-benar adalah pejuang yang gigih.

Dalam versi yang berbeda, kami melihat kisah kegigihan Mush’ab yang dituturkan Ustad Abidin memiliki kesamaan dengan apa yang kini ia lakukan dan jalani. 

Dari percakapan di sela ia sebagai mutawif, kami tahu bahwa asal Ustad Abidin adalah anak seorang pedagang pasar miskin di Kediri, Jawa Timur. Abidin adalah anak kelima yang merupakan anak bungsu dari sebuah keluarga miskin di desa. 

Ustad Abidin sempat kuliah setahun di IAIN Maulana Malik Ibrahim di Malang. Namun, ia kemudian melanjutkan kuliah S-1 di Universitas Cairo yang tersohor itu. Abidin kuliah sambil bekerja. 

Ia memang memperoleh donatur yang membiayai kuliahnya dari dermawan yang berasal dari Mesir.  Untuk menambal kebutuhan hidup sehari-hari, Abidin juga nyambi bekerja.

Kami melihat Abidin adalah sosok pejuang yang pantang menyerah. Walau berasal dari keluarga yang secara ekonomi miskin, itu tidak membuat Abidin putus asa dan menerima nasib. 

Dari lima bersaudara, hanya Abidin yang kuliah di luar negeri, yakni Mesir. Abidin adalah kebanggaan orang tuanya. Anak muda dari keluarga miskin di perdesaan itu kini bisa membuktikan bahwa ia mampu lulus dari Universitas Cairo yang membanggakan. 

Kami yakin, kalau melihat kecerdasannya, Ustad Abidin ke depan pasti menjadi sosok yang sukses dan membanggakan orang tua dan sanak-keluarganya. Semoga. (*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: