Upacara Pembejian di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan Ciptakan Suasana Damai, Tentram, dan Suci
Umat Hindu khusyuk berdoa dalam upacara Pembejian. Mensucikan diri, pratima, lingkungan pura, dan semesta. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
HARIAN DISWAY - Pada 24 Januari 2024, umat Hindu dari berbagai daerah berkumpul di Pura Penataran Luhur Medang Kamulan. Mereka mengadakan upacara Pembejian. Yakni penyucian pratima, diri dan semesta. upacara itu kental dengan budaya Jawa dan penghormatan pada leluhur.
Lantunan doa terdengar di Pura Beji, bagian dalam Pura Luhur Medang Kamulan. Pura itu terletak di Jalan Raya Medang Kamulan, Kesambenkulon, Gresik. Di dalam gapura bentar Pura Beji, seorang pandita didampingi dua orang memimpin peribadatan di meja pemujaan sisi timur.
Di belakangnya para umat. Di hadapannya terdapat arca Batara Wisnu, Dewi Gangga, dan berbagai manifestasi dewa-dewi. Pura Medang Kamulan sangat luas. Terbagi lagi menjadi beberapa pura kecil, juga tempat pemujaan yang dikhususkan untuk leluhur Nusantara.
Tiga pandita di Pura Mandala, Pura Medang Kamulan. Ketiganya menyambut kedatangan umat yang melakukan prosesi arak-arakan. -Julian Romadhon-HARIAN DISWAY
Dalam berbagai pelaksanaan upacara, Pura Medang Kamulan tak sepenuhnya berciri Hindu Bali. Tata cara Jawa atau kearifan lokal Hindu Jawa juga dijalankan.
BACA JUGA: Tradisi Upacara Kematian dalam Suku Tengger (2-Habis): Undang Ruh Leluhur
Seperti pandita pemimpin ibadah, dalam doanya ia berucap, “Om Pukulun Dewa Batara Jagad Nata. Bopo Angkoso, Ibu Pertiwi, poro leluhur”. Kalimat berbahasa Jawa ketika ia bersama umat lain hendak berhatur sesaji.
Dari pukul 3 sore hingga malam hari, umat Hindu di Pura Medang Kamulan menggelar upacara Pembejian. Yakni ritus penyucian pratima atau benda-benda suci manifestasi dewa-dewi dan leluhur, penyucian lingkungan pura, diri, dan semesta.
“Pembejian ini dalam rangka Pujawali. Bulan ini memasuki purnama kawolu atau purnama pada bulan kedelapan,” ujar Romo Sepuh Satya Bhuwana Medang Kamulan, tokoh sekaligus pendiri pura tersebut.
Dalam tradisi Hindu, purnama merupakan momen yang tepat untuk menggelar upacara atau ibadah Pujawali. “Baik purnama katiga, kapat (ketiga, keempat, Red) dan sebagainya, kami selalu melakukan Pujawali. Pembejian adalah bagian dari rangkaian Pujawali,” tuturnya.
Upacara Pujawali telah digelar sejak Desember hingga Januari. Terdiri dari berbagai acara, yang puncaknya akan digelar pada Kamis, 25 Januari 2024. “Pda 26 Januari, kami mengadakan upacara Nyinep. Yakni meminta restu pada Hyang Ismaya dan Kanjeng Ratu Samudera, sekaligus untuk memberitahukan bahwa rangkaian Pujawali telah selesai,” terang pria 52 tahun itu.
Setelah melakukan penyucian di Pura Beji, beberapa orang tampak memercikkan air suci ke setiap bagian dalam pura. Sebab, para dewa dan ruh leluhur akan berastana dalam pratima dan pelinggih. Tentu segalanya harus suci. Termasuk lingkungan sekitar.
Juga kesucian diri dan semesta. Umat Hindu dalam upacara tersebut menyucikan pikiran, perkataan, dan laku atau perbuatan. Tak hanya buana alit atau diri. Tapi juga buana agung atau semesta. Mereka mengharapkan restu Hyang Widhi untuk menyucikan semesta, termasuk Indonesia. Berharap keselamatan dan kedamaian senantiasa bersemi di negeri ini.
Umat Hindu dari berbagai daerah berdatangan. Tak hanya dari Gresik. Tapi juga rombongan 40 umat Hindu dari Bali, Kediri, Yogyakarta, Tengger, dan berbagai daerah lain.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: