Social Entrepreneurship sebagai Salah Satu Penggerak SDGs di Pedesaan (1): Demi Mencapai Tujuan Global
Sejumlah program CSR perusahaan ada di pedesaan yang memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. Misalnya Kampung Coklat di Desa Plosorejo, Kademangan, Blitar, yang menunjukkan kewirausahaan sosial sangatlah berguna bagi masyarakat lokal. --
Kewirausahaan sosial memiliki peran penting dalam mencapai tujuan global ini. Sebagaimana dikemukakan dalam laporan yang dikeluarkan oleh Social Enterprise UK, Think Global Trade Social, (Social Enterprise UK, 2015).
Kontribusi kewirausahaan sosial terhadap SDGs lebih lanjut ditekankan oleh Velath (2016) dan Powell (2016) yang keduanya berafiliasi dengan Ashoka Foundation yang mengidentifikasi kewirausahaan sosial sebagai hal yang penting dalam pencapaian SDGs.
Kewirausahaan sosial sebagai organisasi yang melakukan bisnis untuk tujuan sosial dan/atau lingkungan (Austin, Stevenson & Wei-Skillern, 2006). Organisasi tersebut lebih mengutamakan misi sosial, lingkungan hidup atau etika dibandingkan mencari keuntungan (Defourny & Nyssens, 2006; Peattie & Morley, 2008).
Melalui upaya untuk mencapai dua tujuan sosial/lingkungan dan finansial, kewirausahaan sosial sebagai bentuk dasar organisasi hibrida (Doherty et al 2014). Beberapa contoh kewirausahaan sosial yaitu kewirausahaan sosial dalam pariwisata yang memberikan kontribusi pada SDGs (Buzinde et al, 2016), potensi koperasi (Wanyama, 2015), dan pengelolaan air dan sanitasi khususnya di India Gicheru Ramani, SadreGhazi & Gupta (2017) (2016).
Leagnavar dkk (2016) menyatakan bahwa perusahaan tradisional dapat berkontribusi terhadap pencapaian SDGs melalui aktivitas bisnis inti, filantropi, atau kemitraan publik-swasta. Hal itu mencakup pengadaan produk yang etis, mempekerjakan individu-individu dari populasi dan lain-lain.
Di masyarakat desa juga bermunculan kewirausahaan sosial yang tergabung dalam organisasi keagamaan, usaha-usaha yang dilakukan organisasi sosial di pedesaan. Di masyarakat sekitar kita banyak bermunculan organisasi kewirausahaan sosial yang modern maupun tradisional.
BACA JUGA: Korupsi Semanis Madu Beracun
Ada yang berhasil dan tidak berhasil menjalankan misi sosialnya. Contoh BUMDES yang mengelola HIPPA (Himpunan Petani Pemakai Air); komunitas seperti Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) yang berhasil dan tidak berhasil dalam mengelola kawasan wisata; usaha gabungan kelompok tani, kegiatan keiwirausahaan sosial dari organisasi keagamaan; serta yayasan sosial dan lain-lain, yang berhasil dan tidak berhasil mengelola kegiatan untuk menjalankan misinya.
Selanjutnya akan dibahas salah satu social entrepreneurship yang berhasil menjalankan misinya sehingga dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan pedesaan khususnya mempercepat tercapainya SDGs di pedesaan, yakni pokdarwis. (*/bersambung)
Oleh Prof Rustinsyah Dra, MSi: Guru Besar Bidang Ilmu Antropologi Sosial Budaya Departemen Antropologi FISIP Universitas Airlangga
BACA SELANJUTNYA: Social Entrepreneurship sebagai Salah Satu Penggerak SDGs di Pedesaan (2): Belajar dari Pokdarwis Desa Panyuran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: