Bully di Binus, Apa Kata Dikbud?
Ilustrasi Bully di Binus, Apa Kata Dikbud?-Maulana Pamuji Gusti-Harian Disway-
Selama lima tahun terakhir ada ratusan perundungan di sekolah dan sekitar sekolah. Solusinya gampang, pelaku dikeluarkan dari sekolah. Atau, jadi tersangka dan dihukum penjara. Tanpa program pencegahan signifikan oleh sekolah. Sehingga terus berulang. Dan, pelaku yang dihukum bakal tambah nakal.
BACA JUGA: Anak Vincent Rompies Diduga Terlibat Kasus Perundungan di Binus, Ini Kata Polisi
Salah seorang ahli mengatasi bullying, Susan M. Swearer, guru besar psikologi pendidikan di University of Nebraska Lincoln, Amerika Serikat (AS). Dia juga penulis banyak buku tentang bullying. Buku karya Swearer yang terkenal berjudul Handbook of Bullying in Schools: An International Perspective (2010).
Swearer diundang dan diwawancarai pakar psikologi dari American Psychological Association (APA) soal bullying di sekolah. Dalam wawancara panjang. Dua pertanyaan dan jawaban menarik Swearer berikut ini:
APA: Anda telah melakukan penelitian pada program yang disebut ”Target Bullying: Pencegahan dan Intervensi Berbasis Ekologis untuk Sekolah” yang mengamati intimidasi dan viktimisasi pada remaja usia sekolah menengah. Temuan Anda menunjukkan ada kondisi psikologis dan sosial tertentu yang memicu bullying. Apa saja tindakan tersebut dan intervensi apa yang terbaik untuk menghentikan siklus itu?
BACA JUGA: Orang Tua Wajib Tau! Ini Ciri-ciri Anak yang Mengalami Bullying
Swearer: Saya telah melakukan penelitian tentang bullying sejak tahun 1998. Selama ini saya makin yakin bahwa bullying adalah masalah sosial-ekologis yang harus dipahami dari sudut pandang faktor individu, keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah, komunitas, dan masyarakat. Semuanya memengaruhi terjadi atau tidaknya intimidasi.
Pertanyaan yang saya ajukan kepada para siswa, orang tua, dan pendidik adalah:
”Bagaimana kondisi di sekolah Anda yang memungkinkan terjadinya bullying?”
Jawaban atas pertanyaan tersebut kemudian menjadi bidang yang perlu ditangani untuk intervensi.
BACA JUGA: Polisi Sidik Bullying, Sekolah Bilang Bercanda
Saya menulis tentang cara melakukan hal ini dalam buku kami, Bullying Prevention and Intervention: Realistic Strategies for Schools (2009). Di sana saya sebutkan, antara lain:
Intervensi oleh pihak sekolah harus didasarkan bukti. Sebab, penindasan berbeda-beda di setiap sekolah dan komunitas. Setiap sekolah harus mengumpulkan data komprehensif tentang pengalaman bullying. Kemudian, sekolah dapat menggunakan data mereka sendiri untuk merancang intervensi yang efektif guna mengubah kondisi yang memicu perundungan di sekolah dan komunitas mereka.
APA: Dari penelitian Anda, apa yang dapat Anda ceritakan kepada kami tentang anak yang bagaimana yang menjadi pelaku intimidasi? Adakah berbagai jenis penindas? Dan, jika seseorang menjadi pelaku intimidasi ketika masih anak-anak, seberapa besar kemungkinan ia akan terus melakukan intimidasi hingga dewasa?
BACA JUGA: Awas, Sibling Bullying Berdampak Buruk pada Kesehatan Mental di Masa Depan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: