Memanfaatkan Potensi Blue Food di Indonesia dengan Mengembangkan Halal Food Lifestyle

Memanfaatkan Potensi Blue Food di Indonesia dengan Mengembangkan Halal Food Lifestyle

Halal lifestyle bisa menjadi salah satu unsur penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. -iStock-

HARIAN DISWAY - Halal lifestyle saat ini sedang menjadi tren di dunia. Baik di negara yang mayoritas penduduknya muslim maupun mayoritas non-muslim. 

Industri halal merupakan kegiatan industri yang dimulai dari perolehan bahan baku, pengolahan, hingga menghasilkan produk halal, yang harus menggunakan sumber daya maupun cara yang sesuai syariat Islam.

Adapun sektor-sektor yang terlibat di antaranya halal food, halal fashion, farmasi dan kosmetik, wisata halal, travel, dan halal finance. Produk dari industri halal ini awalnya memang disegmentasikan bagi masyarakat muslim, akan tetapi kini telah berkembang menjadi bagian gaya hidup (lifestyle) dan tren perdagangan global.

BACA JUGA: Kolaborasi Kemaritiman untuk Ketahanan Pangan

Menurut catatan The State of Global Islamic Economy (SGIE) Report tahun 2020-2021, umat muslim di dunia membelanjakan uangnya tidak kurang dari USD 2,02 triliun. Untuk kebutuhan makanan halal, fashion, farmasi halal, kosmetik halal, pariwisata syariah, dan lainnya. 

Dengan besarnya nilai ekonomi tersebut, maka industri halal dipandang sebagai sumber baru pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga negara-negara yang relatif kecil jumlah penduduk muslimnya seperti Korea Selatan, Jepang, Thailand, Australia hingga Tiongkok ikut meramaikan persaingan pasar produk halal dunia.

Saat ini Islam menjadi agama terbesar kedua setelah Kristen. Menurut data Global Muslim Population (Februari 2024) yang dipublikasikan dalam laman Times Prayer, jumlah pemeluk Islam mencapai 2,02 miliar orang dari sekitar 8,09 miliar jiwa total populasi dunia.

Hasil laporan The Royal Islamic Strategic Studies Centre (RISSC) yang bertajuk The Muslim 500: The World's 500 Most Influential Muslims 2024, mencatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia. Yakni 240,62 juta jiwa pada 2023. 

Jumlah ini setara 86,7 persen dari populasi nasional yang totalnya 277,53 juta jiwa. Dengan jumlah populasi itu, Indonesia memiliki potensi sangat besar untuk dikembangkan industri halal. 

Menurut Indonesia Halal Market Report (IHMR) 2021/2022, Indonesia berpeluang menambah USD 5,1 miliar atau IDR 72,9 triliun terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor industri halal. Nilai ekspor produk makanan halal Indonesia per April 2022 menurut data dari SGIE Report 2022 mencapai Rp 119 triliun.

Berdasarkan Master Plan Industri Halal Indonesia 2023-2029 telah dirumuskan industri halal inti di antaranya sektor makan dan minuman halal. Di dalamnya terdapat sumber bahan baku yang diperoleh dari pertanian, perkebunan, peternakan, serta perikanan, dan hasil laut.

Sejalan dengan master plan tersebut, maka salah satu peluang dalam industri halal ini adalah sektor bisnis halal food dengan memanfaatkan potensi blue food (pangan biru). blue food merupakan bahan pangan/makanan yang berasal dari sumber daya air seperti ikan, rumput laut, dan hewan akuatik lainnya, yang didapatkan dari perikanan tangkap dan budidaya.

Kiranya sangat tepat bila blue food dijadikan sebagai salah satu penggerak utama dalam menopang halal food lifestyle. Yaitu gaya hidup dalam mengonsumsi makanan halal. 

Secara khusus tujuan utamanya adalah agar masyarakat muslim lebih menyadari akan pentingnya makanan halal yang dikonsumsi. Meskipun pada kenyataannya halal food tidak hanya dikonsumsi oleh golongan muslim. Karena produknya sudah melalui standar traceability dan proses pengolahan yang baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: