Beratnya Beban Kerja PPDS: Jumlah Dokter Tidak Seimbang dengan Membeludaknya Pasien

Beratnya Beban Kerja PPDS: Jumlah Dokter Tidak Seimbang dengan Membeludaknya Pasien

Ilustrasi. Perawat mengecek tes darah di RS Ahmad Yani Surabaya. Timpangnya jumlah dokter spesialis dan pasien membuat kinerja mahasiswa PPDS semakin berat-Julian Romadhon/Harian Disway-

HARIAN DISWAY - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) membeberkan hasil survey terkait skrining kesehatan jiwa mahasiswa program pendidikan dokter spesialis (PPDS) pada Maret 2024 lalu yang mencapai angka 22,4 persen.

Lebih rinci, ditemukan sebanyak 2.716 calon dokter spesialis di Indonesia mengalami gangguan jiwa depresi akibat beban kerja yang berlebihan.

Salah satu mahasiswa PPDS Universitas Airlangga (Unair) yang tidak mau disebutkan namanya membenarkan bahwa tuntutan kerja yang berat menjadi salah satu faktor banyaknya mahasiswa PPDS di Indonesia depresi. 


Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya di kampus A yang menjadi tempat para PPDS menempuh pendidikan sambil bekerja.--IG @catatanmasbay

BACA JUGA:Mahasiswa Unair Bagikan Suka Duka Menempuh PPDS: Bekerja 12 Jam Sehari Untuk Keselamatan Pasien

“Karena pusat pelayanan kesehatan di indonesia ini masih terbatas, sedangkan jumlah penduduk sangat besar, jumlah pasiennya sangat banyak,” terang calon dokter spesialis anestesi berinisial RA tersebut. 

“Jumlah pasien dan jumlah dokternya itu masih belum seimbang,” tambahnya. 

Ia juga mengatakan pusat kesehatan yang ada di Indonesia masih belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk mendukung efektivitas pengobatan.

BACA JUGA:Ramai Calon Dokter Spesialis Depresi, Mahasiswa PPDS Unair Ceritakan Beratnya Beban Kerja dan Tips Untuk Meredakan Stres

Lebih lanjut, RA menyebut banyak calon dokter spesialis yang kewalahan menghadapi pembludakan pasien tanpa terfasilitasinya sarana dan prasarana pengobatan, terlebih dengan tuntutan pendidikan yang juga berat.

Anda sudah tahu, hingga saat ini calon dokter spesialis di Indonesia tidak menerima gaji dari pemerintah. 

“Harapannya sih pemerintah mulai memikirkan hal itu, kita sudah bertugas di situ, kita juga berharap dibayar dengan layak,” keterangan RA pada Harian Disway.(*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: kementerian kesehatan